Ikut Cahaya

Oleh: Dahlan Iskan

Ikut Cahaya
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dari situlah saya tahu dia punya tiket terusan. Rasa bersalah saya berkurang sedikit. Dia bisa ke sini lagi besok. Atau lusa.

Kami pun akrab. Lalu muter-muter di street walk. Semua kafe, toko, dan resto masih tutup.

Kami pun memutar mencari jalan balik. Saya tidak berhasil masuk Disneyland, tetapi di luarnya pun sudah terhibur.

Ada danau besar sekali. Ada patung Donald Bebek raksasa di atas danau itu. Tadi seperti gajah di pelupuk mata. Tidak terlihat. Konsentrasi pada antre,labirin dan loket.

Sekarang puncak ekspektasi sudah lewat. Kurva sudah menurun. Hati sudah tenang –setelah bertemu juru selamat. Kami bisa berjalan santai di tepi danau.

Hody-lah yang membelikan tiket kereta. Dia sendiri pakai tiket langganan. Tidak heran. Tiket terusan Disneyland saja dia punya, apalagi tiket kereta bawah tanah. Jangan-jangan dia juga punya tiket terusan pesawat luar angkasa.

"Bagaimana kalau kita ke museum Natural History? Pernah ke sana?" tanya dia.

"Mau! Belum pernah".

Kini tubuh penari bisa dipasangi chip. Terhubung langsung ke lampu yang digerakkan dengan AI. Tidak mudah jadi guru tata cahaya di zaman kecerdasan buatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News