Ikut Muda
Oleh: Dahlan Iskan
Wakil ketuanya juga anak muda: kelas 1 SMA --tahun depan. Anak kedua putrinya Bu Dahlan.
Dia anak kembar. Saya mudah membedakannya: kembarannya perempuan, tetapi saya sering tertukar namanya: satu Aqila, satunya lagi Aliqa. Apalagi, dua-duanya jagoan basket.
Yang tua-tua harus ikut keputusan mereka berdua, apalagi saya. Meski hanya saya yang bisa berbahasa Mandarin tetapi saya mencoba untuk tetap plonga-plongo. Pun ketika mereka mengalami kesulitan di lapangan.
"Kesulitan bisa menambah kehebatan. Asal jangan mudah lari dari kesulitan".
Satu-satunya yang saya perlu turun tangan hanya saat sang ketua sakit panas. Sampai 39,9 derajat. Tidak bisa makan. Ternyata bagian dalam pipinya terluka. Itu karena ujung kawat gigi bagian paling akhir menggores bagian dalam pipi.
Ketika yang lain lagi seru makan kambing di resto di kawasan Muslim Niu Jie ia sangat menderita. Ibunya memutuskan membawanya ke dokter gigi. Dicari lewat aplikasi. Ternyata dekat. Persis di seberang restoran.
Saya diminta ikut mengantar. Soal bahasa tadi. Setelah dokter gigi, wanita, memeriksa, dia punya kesimpulan yang sama: akibat ujung kawat. Maka kawat itu harus dipotong.
"Bisa, tetapi ada biayanya," ujar dokter yang tidak tahu siapa kami kecuali kami orang dari Indonesia.