Ikut Semut

Oleh: Dahlan Iskan

Ikut Semut
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Juga tahu keasliannya.

Tentu banyak supermarket menjual VCO. Pun di Hong Kong. Di mana saja. Selama di luar negeri saya belum pernah melihat ada VCO made-in Indonesia. Di jejeran VCO yang dipajang selalu saja didominasi buatan Filipina.

Maka selama di Beijing saya mengantongi VCO dari Ciheras. Sebelum mendarat di bandara Beijing saya olesi bibir dengan VCO. Saya usap juga punggung tangan dengan VCO. Pun wajah saya. Semua bau minyak kelapa. Sebentar. Lalu menghilang.

Atau hidung saya yang menjadi kebal. Nggak masalah. Toh tidak akan ada yang mencium orang tua seperti saya.

Yang penting bibir aman. Kulit tangan tetap lembut. Tumit mulus. Halus. Kulit tidak terpapar bahan kimia. VCO adalah nabati. Alami. Back to nature.

Pun selama di Shanghai. Meski tidak sekering di Beijing, udara Shanghai tetap kering –di musim dingin. Buktinya: cucian saya sudah kering dalam semalam. Hanya sedikit lebih lambat dari di Beijing: kering dalam waktu setengah malam.

Itu kebiasaan lama saya. Hanya membawa sedikit baju di musim dingin. Lihatlah foto-foto saya: bajunya seperti tidak pernah ganti.

Setiap mandi malam, saya sekalian cuci celana dalam, kaus terdalam, dan kaus kaki. Lalu diperas. Digantung di gantungan baju. Bangun tidur, pakaian sudah kering. Siap dipakai kembali.

Ke Tiongkok kali ini saya bikin percobaan kecil-kecilan: menyelamatkan bibir dengan cara baru. Pakai virgin coconut oil (VCO). Biarlah dibilang tidak modern.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News