Ikut Tarawih Dengan Madzhab Hambali
Kamis, 02 September 2010 – 01:10 WIB
Rupanya inilah kursi untuk sembahyang bagi orang yang sudah tidak kuat berdiri. Orang tua. Mereka sembahyang sambil duduk di kursi. Sedang meja berlapis kain di depannya tadi untuk landasan bersujud. Di masjid ini infrastruktur salat untuk orang tua disediakan sangat cukup.
Saya tahu Islam di Tiongkok menganut madzab Hambali. Sedikit berbeda dengan Islam di Indonesia yang umumnya menganut madzab Syafi?i. Perbedaan ini tidak banyak. Paling angkat tangannya saja yang hanya sekali sepanjang salat. Yakni saat takbiratul ikram di awal salat. Atau jemaah tidak mengucapkan kata "amin" dengan suara keras dan nada yang panjang saat imam selesai membaca al fatihah.
Ucapan "amin" dari jemaah hanya terdengar sangat pendek dan lemah. Pada rekaat pertama hanya saya sendiri yang mengucap "amin" dengan keras dan panjang. Tentu terasa aneh dan menonjol. Pada rekaat kedua saya tidak mengulangi lagi kenyelenehan itu.
Ada lagi yang membuat saya kagok. Begitu imam mengucapkan salam pertanda salat sudah selesai, seluruh jemaah spontan berdiri dan bubar. Sebagai orang yang biasa setelah salam masih harus berdoa dan berdzikir, saya kaget melihat itu. Rasanya seperti tidak sopan atau tidak khusyu". Kalau di Indonesia seseorang melakukan hal seperti itu bisa-bisa cacat sosial: dicap "lam-cat", habis salam meloncat.
SUDAH tiga kali saya lebaran idul fitri di Tiongkok, tapi baru sekali ini merasakan salat tarawih di sana. Dua hari berturut-turut saya ke masjid
BERITA TERKAIT