Ilmuwan Australia Terima Bantuan Rp 100 Miliar untuk Teliti Obat Malaria

"Tentu saja ada sumber daya dan energi, dan ada pertanian, dan ada begitu banyak yang bisa kami lakukan di daerah, ada pariwisata dan pendidikan," tutur sang Menteri.
Ia menambahkan, "Tapi kekuatan besar lainnya dari Australia dan wilayah utara, adalah kapasitas – berusia 70 tahun dalam banyak kasus -sistem dan kemampuan penelitian di bidang kesehatan tropis.”
"Kami sudah mendapat kapasitas yang luar biasa untuk membuat lebih banyak lagi dari hal ini, karena kami berada di daerah tropis. Wilayah tropis tumbuh 20% lebih cepat ketimbang daerah lain di dunia," sambungnya.
Menteri Utama Queensland, Annastacia Palaszczuk, juga menyambut baik dana MMV itu dan mengatakan, bantuan itu akan memungkinkan para ilmuwan untuk cepat-melacak pengembangan dan pengujian obat malaria dengan biaya yang lebih rendah.
"Pekerjaan mereka akan memiliki manfaat sosial ekonomi, tak hanya bagi Australia dan kawasan Asia-Pasifik, tetapi bagi seluruh dunia," kemukanya.
Tim penelitian Australia menyambut dana hibah senilai 10 juta dolar (atau setara Rp 100 miliar) untuk mengembangkan obat anti-malaria, ketika Pemerintah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia