Ilmuwan China Kembangkan 'Matahari Buatan' Sepanas 100 Juta Derajat Celcius
Para ilmuwan nuklir China telah berhasil mencapai titik penting dalam usaha global untuk menghasilkan energi dari proses fusi nuklir, proses yang biasanya terjadi dari matahari.
Matahari buatan China
Tim ilmuwan dari Institut Fisika Plasma China mengumumkan minggu ini bahwa plasma dalam proyek penelitian bernama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) — yang disebut 'matahari buatan' — telah mencapai 100 juta derajat Celcius, suhu yang diperlukan untuk mempertahankan fusi.
Sebagai perbandingan, suhu di sekitar matahari adalah sekitar 15 juta derajat Celcius, sehingga plasma di 'matahari buatan' China ini enam kali lebih panas dari matahari sebenarnya.
Pernyataan ini muncul setelah China juga mengejutkan komunitas sains ketika bulan lalu berencana meluncurkan 'bulan buatan' yang bisa menggantikan lampu jalanan di tahun 2020.
Photo: Ilmuwan China berencana mengirim tiga bulan buatan ke angkasa dalam empat tahun mendatang. (ABC News: Graphic by Jarrod Fankhauser)
Kepada ABC, Associate Professor Matthew Hole dari Australian National University mengatakan pencapaian China tersebut merupakan hal penting dalam perkembangan keilmuan fusi nuklir.
"Ini tentu saja merupakan langka penting dalam program fusi nuklir CHIna dan juga perkembangan penting bagi dunia.' kata Dr Hole kepada ABC, dan menambahkan pengembangan reaksot fusi nuklir bisa menjadi solusi bagi permasalahan energi global.
"Manfaatnya sederhana, karena ini akan menjadi sumber produksi energi dalam skala besar, dengan emisi gas rumah kaca nol, dan tidak ada buangan radioaktif sama sekali."
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan