Ilmuwan Muda Diaspora Kenalkan Teknologi Atasi Kebakaran Lahan dan Hutan
"Kita bisa pantau secara real time. Kalau ada titik api, maka sensornya akan menjadi merah sehingga bisa segera ditangani tanpa mengalami perluasan kebakaran seperti yang terjadi sekarang. Kebakaran jadi sulit ditangani karena titik apinya sudah terlanjur menyebar. Makamya teknologi ini meminimalisir hal tersebut," beber Mas ito.
Diakuinya, teknologi ini memang agak mahal kalau di-develop di awal. Namun, kalau sudah diproduksi secara massal jadi murah. Sama dengan perangkat elektronik, kalau sudah diproduksi massal harganya jadi murah.
"Sensor ini nanti akan dikoneksikan dengan smartphone dan IOT (internet of things),' ucap ilmuwan yang terjaring dalam Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) besutan Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti dan Dirjen Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, serta Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (1-4).
Dia menambahkan teknologi nano bisa dipakai untuk macam-macam. Misalnya teknologi pangan, bisa menggunakan teknologi nano sensor untuk melihat di suatu lahan apakah tanaman tumbuh sehat atau tidak.
"Kita bisa lihat itu. Kita punya ternak ayam maka bisa lihat seberapa segar ayamnya secara real. Juga smart packaging, bisa bikin packaging misalnya mau kirim dari desa ke kota tetap dalam kondisi bagus," tandas peneliti berusia 31 tahun ini. (esy/jpnn)
Ilmuwan muda diaspora Hutomo Suryo Wasisto mengenalkan teknologi nano bisa dipakai untuk memantau kebakaran hutan dan lahan.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- KLHK Optimalkan Upaya Pengendalian Karhutla
- 6 Helikopter Dikerahkan untuk Pemadaman Karhutla di OKI dan OKU Timur
- BNPB Inisiasi Operasi Modifikasi Cuaca di NTB Antisipasi Kekeringan & Karhutla
- Luas Lahan yang Terbakar di Sungai Rotan Muara Enim Mencapai 53 Hektare
- Warga Kulon Progo Diimbau Tak Bakar Sampah Untuk Cegah Kebakaran
- BMKG Infokan Potensi Karhutla di Kaltim, Irwan Fecho: Jika Perlu Lakukan Modifikasi Cuaca