Imaji Perusuh
Oleh: Dahlan Iskan
Biarlah Leong tetap Putu. Biarlah mBediun tetap Aryo. Sutisna tetap Otong. Aena tetap Yea. Dan yang lainnya juga. Biarlah mereka tetap jadi Joker Disway. Menimbulkan teka-teki tetapi melahirkan imajinasi.
Pasca-Agrinex ini, setiap kali membaca komentar Viona, saya tidak lagi punya imajinasi yang kaya. Yang saya ingat dari Viona justru persoalan yang ia hadapi. Yang begitu rumit. Yang saya juga sulit membantunya.
Saya pun terus berpikir kapan bisa ikut membantu memecahkan persoalan yang dihadapi keluarganya. Saya terus membongkar catatan lama: adakah teman saya di Tiongkok yang bisa ikut menyelesaikannya.
Tidak mudah: buyutnya punya rumah besar di Xiamen. Sang Buyut sudah lama meninggal di Xiamen.
Kakeknya pun (anak sang buyut) sudah lama meninggal. Ayahnya yang masih hidup: di salah satu kota di Indonesia. Saudara ayahnya masih tiga yang hidup: semua tinggal di Indonesia.
Saudara ayahnya yang lain, sudah meninggal. Salah satunya meninggal di Hong Kong. Yang di Hong Kong itulah yang memegang sertifikat rumah di Xiamen itu.
Sebelum meninggal ia menyerahkan sertifikat itu kepada putrinya. Sang putri juga tinggal di Hong Kong. Sendirian. Sudah tua. Sekitar 70 tahun.
Masalah timbul dua tahun lalu: pemerintah Tiongkok ingin menggunakan rumah itu untuk museum. Yakni museum yang terkait dengan hubungan Tiongkok dan Indonesia.