Imaji Perusuh

Oleh: Dahlan Iskan

Imaji Perusuh
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Nah lho. Melihat penampilan Pak Mario dan tutur kata halus khas wong Jawa Tengah, saya pikir tak pantas beliau dikategorikan perusuh.

Pasti sanak saudaranya tidak percaya, bahkan warga se RT/RW pun pasti protes. Namun demikianlah nasib para komentator, digelari Abah sang perusuh.

Lambat laun menjelang Salat Jumat, perusuh memenuhi lobi hotel. Apalagi kalau bukan salam salaman dan saling berkenalan. Ternyata hanya Pak M. Arifin, Pekalongan dan Thamrin Dahlan yang nama di Disway dan di KTP sama. Lain perusuh pakai nama samaran alias palsu.

Motif pakai nama beda? Beragam jawaban. Dari takut sama istri, biar nyaman, rahasia-rahasiaan sampai motif menyamar agar keteledoran berkomentar tidak disentil admin atau pembaca Disway. Salut dengan dr Sandra dan suami, Mr Hady, namanya betulan.

Pembicaraan perusuh terkait kamp lumayan seru. Apa-apaan ini Abah memasukkan kita ke dalam kamp. Apakah ini sejenis hukuman karena sering usil. Anda tahu sendiri dari pelajaran sejarah bahwasanya kamp itu seram mencekam.

Yuk Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia:

kamp dan tenda (kemah dan sebagainya) yang didirikan di alam terbuka sebagai tempat perhentian serdadu, Pramuka, atau musafir; barak; 2 pengasingan: pada zaman penjajahan, tidak sedikit — untuk mengasingkan pemimpin kita yang tertawan;

Nah ketika ditambah kosakata — konsentrasi menjadi lebih seram: “tempat penahanan warga masyarakat (pada umumnya tanpa melalui proses pengadilan) yang dianggap membahayakan kedudukan pemerintah yang sedang berkuasa”.

Masalah timbul dua tahun lalu: pemerintah Tiongkok ingin menggunakan rumah itu untuk museum. Yakni museum yang terkait dengan hubungan Tiongkok dan Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News