Imlek .

Tentu saja semua orang di Solo sangat ingin melupakan masa lalu dan menunggu untuk menyambut Tahun Kuda.
Perayaan Imlek benar-benar meriah.
Ada lampu-lampu dan lampion China di seluruh kota.
Selain itu, kembang api besar-besaran berlangsung semarak di depan kantor walikota Solo menuju Pasar Gede, ribuan orang berkerumun memadati jalan.
Saya sangat menikmati menyalakan lampion yang kemudian saya terbangkan ke udara. Saya dan kru film menyalakan sekitar sepuluh lampion, di tengah padatnya orang, kami dibantu oleh sekelompok pemuda Tionghoa yang menunjukkan cara menyalakan lampion, mengatur api hingga keseimbangannya kemudian melepaskannya.
Solo adalah bentuk kota yang brilian, yang membuat saya berpikir tentang seberapa jauh Republik ini berubah setelah 1998.
Melihat puluhan ribu warga Solo tumpah ruah memenuhi jalan – muda, tua dan setengah baya dari semua ras (termasuk banyak keluarga Indonesia Tionghoa yang bernenek moyang berasal dari kota ini) – saya sangat yakin bahwa meskipun Indonesia pernah mengalami disfungsi, namun pada akhirnya mendapatkan imbalan yang baik.
Semua yang saya lihat mengenakan warna merah cerah dan senyuman terpancar dari semua orang yang terlibat dalam Festival Imlek perdana yang diadakan di seberang Benteng Vastenburg.