Imparsial Soroti Kemunduran Demokrasi di Penghujung Rezim Jokowi
Sebab, jauh sebelumnya, kata Ardi, terjadinya kemunduran tersebut telah banyak diangkat oleh sejumlah pakar dan analis politik baik dari dalam maupun luar negeri, terutama ihwal menurunnya tingkat kebebasan di Indonesia.
Dalam realitasnya, lanjut Ardi, alih-alih memperbaiki kondisi demokrasi di Indonesia, menjelang akan berakhir masa periode jabatan yang kedua, Presiden Jokowi justru mempertontonkan dirinya sebagai perusak demokrasi.
"Dengan berupaya membangun 'politik dinasti' yang sarat dengan praktik kolusi dan nepotisme melalui pencalonan anaknya, Gibran berpasangan dengan Prabowo Subianto dalam Pemilu 2024," tutur Ardi.
Imparsial ?menilai kondisi kemunduran demokrasi di akhir rezim Jokowi tidak bisa dan tidak boleh dibiarkan terus terjadi, mengingat demokrasi merupakan capaian politik yang diperjuangkan dengan susah payah pada 1998 dan harus terus dipertahankan.
Oleh karena itu, kata Ardi, guna merespons kondisi itu dibutuhkan adanya ba?ngunan gerakan pro demokrasi untuk menyelamatkan demokrasi dari kemunduran.
"Termasuk dengan menjadikan politik elektoral sebagai momentum dan media untuk mengoreksi semua kebijakan dan langkah politik Presiden Joko Widodo yang memundurkan capaian politik reformasi 1998 tersebut," ujar Ardi.(fat/jpnn)
Imparsial menilai pencalonan Gibran bin Jokowi di Pilpres 2024 adalah puncak gunung es kemunduran demokrasi Indonesia. Itu dinasti politik.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Menteri Investasi Sebut Para Pengusaha US-ASEAN Optimis Berinvestasi di Indonesia
- Menko Airlangga dan Menteri Mary Ng Gelar Pertemuan Bilateral, Apa Saja yang Dibahas?
- Ajudan Pastikan Rekaman Suara Mirip Jokowi Hoaks
- Rayakan Hari Disabilitas Internasional, Angkie Yudistia Dukung Kampanye #SetaraBerkarya
- Putusan MK Perkuat Kewenangan KPK Jadi Harapan Baru Pemerintahan Prabowo Berantas Korupsi
- Prabowo Optimistis Indonesia tidak Lagi Mengimpor Beras pada 2025