Impor Baja dari Tiongkok Melejit, Industri Domestik Menjerit
Rabu, 11 Juli 2018 – 15:45 WIB
Sebab, kebutuhan baja di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Bila tidak diimbangi dengan investasi baru, ketergantungan terhadap produk baja impor akan makin tinggi.
Meski begitu, pihaknya juga menegaskan bahwa investasi baru harus menggunakan high technology.
’’Teknologinya harus baik. Bukan yang tidak ramah lingkungan, boros energi, dan hanya bisa produksi baja-baja di bawah standar yang membahayakan publik,’’ tutur Hidayat.
Tahun ini permintaan baja dalam negeri diharapkan bisa tumbuh lebih dari tujuh persen atau mencapai angka 14,5 juta ton.
Sepanjang tahun lalu, konsumsi baja tanah air hanya 13,6 juta ton. (car/c14/fal)
Executive Director The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan, pengendalian impor baja di Indonesia belum optimal.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Menko Airlangga Ungkap Industri Baja Indonesia Diperhitungkan Berbagai Negara di Dunia
- Gunung Raja Paksi Berpartisipasi Dalam Asia Steel Market 2023
- Pengawasan Baja Non-SNI Jadi Langkah Nyata Perlindungan bagi Industri Nasional
- 2.032 Ton Baja Non-SNI Dimusnahkan, Krakatau Steel: Bisa Memberikan Efek Jera
- BLKP Perkenalkan Produk Unggulan di Pameran Industri Baja Terbesar Indonesia
- Perkuat Industri Baja, Indonesia Pererat Kerja Sama dengan Taiwan