Impor Barang Konsumsi Berpeluang Meningkat
Menurut Sita, sapaan akrab Maysita, pemerintah harus mengatasi masalah defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang akan ditimbulkan dari impor yang naik.
Caranya, mengarahkan penanaman komoditas yang mempunyai nilai tambah tinggi dan mengekspornya.
’’Sebenarnya kita tidak apa-apa mengimpor beras yang value added-nya tidak begitu tinggi. Kita punya cokelat dan kopi yang value added-nya tinggi. Itu bisa kita ekspor. Jadi, jangan sebaliknya,’’ jelas Sita.
Selain itu, pemerintah harus terus mengedukasi masyarakat agar mengganti bahan makanan pokok selain nasi.
Hal itu dapat menurunkan kebutuhan impor beras sehingga CAD bisa ditekan.
’’Ini bisa dilakukan meski efeknya cenderung lama,’’ ucapnya.
Sita memprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama kuartal II mencapai 5,1–5,2 persen, lebih tinggi daripada kuartal I yang 5,01 persen.
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, kenaikan impor barang konsumsi tak terelakkan lagi.
Impor barang konsumsi masih berpotensi naik selama Ramadan hingga menjelang Lebaran. Namun, kenaikannya diprediksi tidak terlalu signifikan.
- Bea Cukai Bersama BPOM & Asperindo Gelar FGD Bahas Pengawasan Impor Obat dan Makanan
- Tom Lembong Diperiksa Kejagung Hari Ini
- Sritex Cuma Salah Satu Korban Badai Besar di Industri Garmen
- Polres Rokan Hilir Menyita 117 Bal Pakaian Bekas Impor, 3 Tersangka Ditangkap
- Geger Bakal Ada Impor Susu untuk Makan Bergizi Gratis, Ternyata...
- Fasdana, Solusi Pembiayaan Impor dengan Sistem Paylater