Impor Pangan & Impor Revolusi
Sabtu, 22 Januari 2011 – 01:10 WIB
Harus dikatakan, kebijakan bebas impor pangan hanya dalam keadaan gawat darurat. Agar harga pangan terjangkau rakyat, dan tak berang seperti di Tunisia. Namun harus segera diikuti soal klasik: irigasi, distribusi benih dan pupuk serta infrastruktur pendukung.
Memang, jika harga pangan murah, karena pengaruh impor, rakyat tidak marah. Namun sampai kapan mampu menanggung beban subsidi, ketika harga pangan secara global semakin menaik? Indonesia harus segera banting setir, sebelum “mimpi buruk” seperti di Tunisia itu juga mencekam negeri ini.
Indonesia harus bergegas dan konseptual. Tak bisa hanya berharap impor karena negara lain juga memikirkan dirinya. Bebas impor harus segera diisi konsolidasi pertanian dalam negeri. Jangan sampai terputus, sehingga rakyat sempat lapar, dan kemudian marah! Impor beras yang tak konseptual tak mustahil beralih menjadi “impor revolusi” yang menakutkan itu.(***)
TUNISIA yang porak poranda, mestinya cermin bagi Indonesia. Saling tembak antara pasukan angkatan darat dengan sejumlah pria bersenjata di
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi