Importir Sapi Indonesia Sulit Penuhi Kuota Bibit
Biaya pembibitan sapi di Indonesia mahal
Karena Indonesia lebih berfokus mengimpor dan menggemukkan sapi sebelum dipotong, hampir tidak ada pihak di sektor persapian yang tahu bagaimana cara membudidayakan sapi secara efisien ketika aturan impor mengenai pembibitan ternak diperkenalkan.
Akibatnya, penggemukan sapi berskala besar di Indonesia merasa sangat sulit untuk pindah ke sektor pembibitan sapi.
Paulus Hadi Subroto menjalankan penggemukan sapi di Sumatera Utara, yang memulai pembibitan sapi beberapa tahun sebelum protokol pemulia diperkenalkan, tetapi segera menyerah setelah menemukan bisnis perternakan terlalu mahal.
"Di Indonesia, pemuliaan sapi sama dengan biaya besar," kata Subroto.
"Kami tidak fokus pada pembibitan. Kami mengalami kerugian, mengalami beberapa masalah, kemudian memutuskan untuk tidak fokus pada pembibitan lagi."
Sekarang, dengan 20 persen kuota impor harus berupa sapi pemulia, tempat pemberian pakan Subroto dipaksa untuk memulai kembali program pemuliaan, dijalankan hanya dengan 150 betina produktif.
Protokol pemulia telah memberikan tekanan besar pada usahanya, yang juga kesulitan dengan persaingan ketat dari daging kerbau beku impor.
"Tetapi kami juga harus melihat manfaat jangka panjang dari kebijakan itu; mungkin dalam 20 atau 30 tahun ke depan Indonesia akan memiliki sistem pemuliaan sendiri," kata Subroto.
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan