In Memoriam Ramdan 'Putra' Aldil Saputra

Terbayang Anak Asuh, Mak Ti Shock hingga Masuk RS

In Memoriam Ramdan 'Putra' Aldil Saputra
Makam Ramdan Aslil Saputra yang masih dipenuhi bunga. Foto : Choirurrozaq/Radar Tulungagung/JPNN
Ketika Ramdan kritis, kapan pun itu, wartawan selalu hadir dan menanti dengan cemas kabar tentang perkembangan kondisinya. Bahkan, tengah malam pun, ketika Ramdan harus menjalani pembedahan otak pertama pada 28 April 2010.

"Jangan lagi wartawan dan tim dokter. Saya yang hanya beberapa hari menggantikan Mbak Nany, dan hanya pernah sekali melihatnya membuka mata, yaitu ketika Sekjen Depkes datang berkunjung, selalu menangis kalau ingat Ramdan," tutur Siti Handayani, manajer Human Resource Development (HRD) Jawa Pos, yang mendampingi Ramdan selama 10 hari saya di Amerika Serikat.

Sosok Ramdan memang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia merebut hati banyak orang. Gayanya dan tatapan matanya seperti magnet yang memiliki daya magis yang mampu membuat semua orang jatuh cinta padanya. Tak penting, berapa lama mereka saling mengenal.

Saya sendiri baru "berkenalan" dengan Ramdan pada menit-menit menjelang operasi. Itu pun setelah dia berada di ruang tunggu kamar operasi, di lantai enam GBPT. Sebelumnya, ketika saya berkunjung ke kamarnya di lantai enam Graha Amerta, bersama tim dokter dari Oriental Organ Transplant Center (OOTC) Tianjin yang menjadi konsultan Tim Liver Transplant RSUD dr Soetomo Surabaya, Ramdan sedang tidur. Karena itu, jangan lagi bersentuhan, saling bertukar pandang pun tidak. Seperti itu pula pertemuan terakhir saya dengannya di ICU.

Menatap kembali foto-foto Putra alias Ramdan memang sama dengan menggali duka dan menguras air mata. Tatapan matanya begitu hidup dan penuh semangat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News