Incen, Bayi Nahas yang Dibuang di Gerobak Tambal Ban
Benar-Benar Hidup meski tanpa Otak
Kamis, 17 Januari 2013 – 09:32 WIB
Incen sedang diperiksa dr Arifin Parenrengi bersama perawat Lastri. Foto: NANY WIJAYA/JAWA POS
Pada awal berdirinya, "Kami masih menerima anak-anak normal yang tidak memiliki ayah-ibu. Tetapi, setelah 1995, kami hanya menerima anak-anak berkebutuhan khusus. Terutama yang menderita cerebral palsy (kelumpuhan otak, Red)," jelas suster Christine yang mengepalai panti tersebut sejak 1993.
"Bakti Luhur" didirikan sejak 1991. Beberapa anak yang menghuni panti itu adalah anak-anak yang hanya bisa tergolek di ranjang bagai bayi, buta, tanpa tangan dan kaki, serta lumpuh otak. Tetapi, karena panti tersebut pernah mendapat kiriman seorang bayi hidrosefalus yang biaya pengobatannya mencapai ratusan juta, kedatangan Incen agak menakutkan suster Christine.
"Kami takut tidak sanggup mengobati bayi itu. Untung, ketika itu, kami disumbang kelompok "Eat, Pay, Love", sehingga bisa melunasi tagihan rumah sakit yang sampai Rp 190-an juta itu," jelas biarawati kelahiran Jogjakarta tersebut.
"Eat, Pay, Love" (EPL) adalah kelompok yang juga sejenis dengan "Bunda Sehati". Bedanya, EPL beranggota 11 orang. Di antaranya, Ivo Ananda (istri Dirut Jawa Pos Azrul Ananda), Christine Radjimin (putri J.R. Radjimin, owner hotel JW Marriott), serta Saskia Walla (istri Steven Walla, bos pabrik rokok Wismilak).
ANDA pasti pernah mendengar seseorang mengucapkan kata: Tidak punya otak. Jangan anggap itu kata kiasan. Sebab, memang ada orang yang lahir tanpa
BERITA TERKAIT
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah