Indahnya Senandung Lonceng Gereja dan Azan Beriringan di Kampung Sawah

Indahnya Senandung Lonceng Gereja dan Azan Beriringan di Kampung Sawah
Tiga rumah ibadah simbol Segitiga Emas di Kampung Sawah, Bekasi Foto: Dika Rahardjo/JPNN

“Jangan kaget kalau di sini rukun-rukun saja. Islam memang mengajarkan kerukunan. Harus kaget kalau di daerah lain malah tidak rukun. Kalau di sini memang selalu rukun saja. Jangan sampai tokoh-tokoh agama yang jadi provokator (Red-membuat tidak rukun),” tutur Rahmaddin.

Abah -panggilan akrab Kiai Rahmaddin- mengatakan dirinya sejak kecil mendapat wejangan dari orang tuanya tentang pentingnya  menghormati umat beragama lain.

Meski tidak sampai mengenyam pendidikan tinggi, umat Islam di Kampung Sawah sangat memahami arti toleransi dalam kehidupan beragama.

“Terpenting itu akhlak. Ibu saya bilang ‘itu yang di sana walaupun agamanya bukan Islam itu saudara kita juga. Kita kudu baik dan akur’. Orang-orang zaman dahulu selalu mengajarkan begitu,” ucap pria yang juga pendiri sebuah sekolah, panti asuhan, dan pondok pesantren di dekat masjid tersebut.

Selain itu, Abah mengaku sering menghadiri kegiatan yang diadakan umat Katolik dan Kristen Protestan di Kampung Sawah.

Indahnya Senandung Lonceng Gereja dan Azan Beriringan di Kampung Sawah

Tokoh Agama Islam di Kampung Sawah, KH Rahmaddin Afif

Di tengah sejumlah isu SARA yang merebak selama bertahun-tahun tanah air, kata Abah, warga Kampung Sawah dengan ragam kepercayaan itu sama sekali tidak terusik. Warga setempat tetap hidup damai dan saling menghargai.

Kampung Sawah sudah terkenal dengan kehidupan toleransi beragama sejak ratusan tahun lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News