Indonesia Banyak Politikus Tapi Miskin Negarawan

Padahal di dua bidang tersebut kebutuhan akan sosok pahlawan sangatlah dibutuhkan.
“Di bidang ekonomi, masyarakat masih sangat membutuhkan pahlawan di bidang ekonomi sebab sekarang ini kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin masih sangat terasa dan perbedaannya makin jelas terlihat. Padahal konstitusi telah mengamanahkan agar perekonomian rakyat harus terwujud secara adil dan merata. Di bidang politik juga begitu, idealisme makin tidak terlihat karena semua berjuang untuk kepentingannya dan kelompoknya masing-masing. Maka dari itu sering dikatakan kita ini banyak sekali politikus tapi miskin negarawan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, sejarawan JJ Rizal mengatakan bahwa pahlawan sebenarnya adalah perwujudan nilai, yakni nilai-nilai yang terbaik, nilai-nilai yang dianggap sebagai kesejatian diri sebagai orang Indonesia.
Yang selalu menjadi momok selama ini adalah dominasi definisi pahlawan yang selalu dikaitkan dengan urusan fisik bukan lagi pemikiran.
Bahkan Bung Karno dahulu sempat menyampaikan ‘pesan’ untuk generasi Indonesia di masa depan melalui penyematan pahlawan kepada tiga orang besar.
Yaitu Abdul Moeis seorang sastrawan besar, Ki Hajar Dewantara seorang pendidik besar pahlawan pendidikan nasional dan Sugiopranoto pahlawan wong cilik, agar penunjukkan pahlawan di masa depan harus diarahkan kepada mereka yang berjasa bukan hanya aksi heroik kemiliteran semata tapi yang berjasa melalui pemikiran-pemikiran brilian mereka yang menghasilkan nilai-nilai. (adv/jpnn)
Dibutuhkan sosok pahlawan di bidang ekonomi dan politik
Redaktur & Reporter : Natalia
- IHSG Anjlok, Waka MPR: Kuatkan Basis Investor Instituional Domestik
- Gelar Bazar Murah di Subang, Waka MPR: Ringankan Beban Masyarakat
- Waka MPR Jajaki Peluang Investasi di Bidang Teknologi Karbon Rendah
- Dukung Eksistensi BPKH, Ketua MPR: Penting untuk Meringankan Biaya Haji
- Anak Menkum Supratman dan Ahmad Ali Dilaporkan ke KPK terkait Pemilihan Pimpinan MPR dan DPD
- Waka MPR Apresiasi Penjelasan Dirut Pertamina: Redam Kegundahan Publik