Indonesia Belakangan Kehilangan Tokoh Panutan
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan demokratisasi tidak boleh mengeliminasi semua akar budaya nasional.
Jangan juga menunggangi kebebasan berbicara, termasuk mengritik, untuk merusak rasionalitas publik.
Menurutnya, akar budaya nasional tentang kesantunan dan rasionalitas harus tetap tegak agar harmoni dalam hidup berbangsa dan bernegara yang sudah terwujud tidak rusak.
"Sangat penting bagi semua elemen masyarakat untuk saling mengingatkan lagi akan urgensi merawat perilaku ramah dan santun yang sejatinya adalah akar budaya nasional. Dari perilaku ramah dan santun yang melekat pada semua suku dan golongan itulah terbangun pondasi harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Bambang.
Dia mengatakan, keramahan dan semangat saling menghormati itu mendorong masyarakat Indonesia mewujudkan saling pengertian dalam menyelesaikan banyak persoalan atau musyawarah untuk mufakat.
"Jangan lupa bahwa sejak dahulu, komunitas internasional sudah menerima fakta tentang keramahan dan kesantunan sebagai ciri khas masyarakat Indonesia. Selain santun, masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai komunitas yang agamis dan bersemangat gotong royong," tegasnya.
Kini, demokratisasi pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara boleh saja terus berproses.
Tetapi, sambungnya, semua tahapan proses demokratisasi itu tidak boleh merusak akar budaya nasional.
Masyarakat dibiarkan mengingkari akar budayanya, yang akan terjadi adalah disharmoni.
- Soal PJJ, Gus AMI: Perlu Terobosan Cepat Mendikbud Libatkan Masjid, Gereja dan Tokoh Agama
- Timwas DPR Minta Gugus Tugas Covid-19 Perbanyak Rapid Test
- Ribka Tjiptaning: Perempuan Indonesia Harus Berani Tampil di Semua Lini Kehidupan
- Andi Akmal Pasluddin Bantu Solusi Kebutuhan Pupuk Petani di Bone
- DPR: Hampir 98 Persen Lapas Kelebihan Kapasitas
- Pimpinan DPR Berharap Ekonomi Provinsi Penerima Dana Otsus Lebih Maju