Indonesia Berpotensi Jadi Pemimpin Negara Muslim dan Demokrasi
Dan Indonesia, ujar Fahri, adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia pula.
"Sehingga Indonesia bisa menjadi pemimpin di kalangan negara-negara Muslim, sekaligus juga menjadi pemimpin di negara-negara demokrasi," ujar Fahri.
Dan bila dikaitkan dengan perebutan pengaruh antara pakta militer baru Australia, Inggris, dan AS (AUKUS) dengan China, menurut Fahri, Indonesia harus menolak menjadi ekor, tetapi tetap menjadi pemimpin.
Pada kesempatan sama, Pakar Hukum Internasional Prof Dr Hikmahanto Juwana (Pakar hukum internasional) menyatakan, bahwa Indonesia memang selayaknya menganut politik luar negeri bebas aktif dalam konstelasi politik dunia.
Dengan begitu, Indonesia selalu netral dalam konflik maupun polarisasi di dunia. Lagi pula Indonesia juga bisa bersahabat dengan negara manapun.
Namun, Prof. Hikmahanto mengingatkan, politik luar negeri bebas aktif itu dipegang oleh Indonesia, selama Indonesia tidak diganggu kepentingan nasionalnya
"Ketika Indonesia sudah diganggu kepentingan nasionalnya, maka kita harus berhadapan dengan siapapun pengganggu itu," ujarnya
Hikmahanto mencontohkan kebijakan Presiden Jokowi. Saat ini, Indonesia memang menjalin hubungan ekonomi erat dengan China.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menegaskan Indonesia tidak layak menjadi ekor dalam konflik maupun polarisasi yang terjadi di dunia
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Megawati Dengar Ada Institusi Negara Tak Netral Pas Pilkada, Sampai Pakai Intimidasi
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- Kampanye Hitam Ancam Demokrasi Sumsel, Masyarakat Diharapkan Cerdas Pilih Pemimpin
- The Habibie Center Soroti Tantangan & Peluang Masa Depan Demokrasi
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting