Indonesia Bisa Belajar Atasi Penyakit Kronis Akibat Rokok Dari Australia

Indonesia Bisa Belajar Atasi Penyakit Kronis Akibat Rokok Dari Australia
Indonesia Bisa Belajar Atasi Penyakit Kronis Akibat Rokok Dari Australia
Indonesia Bisa Belajar Atasi Penyakit Kronis Akibat Rokok Dari Australia
Jumlah mereka yang merokok naik dari tahun ke tahun di Indonesia

Supplied; Danny Liew

Profesor Danny mengatakan, Indonesia seharusnya bisa belajar dari Australia mengenai hal itu. Apalagi mengingat jumlah perokok di Indonesia yang masih cukup tinggi.

“Sekitar 80 persen dari laki-laki di Indonesia merokok. Sementara untuk perempuan jumlahnya kurang dari 5 persen. Berdasarkan data, makin tahun, laki-laki di Indonesia makin banyak yang merokok,” jelasnya dalam sebuah kuliah tamu di Jakarta, medio November lalu.

Kepada Nurina Savitri dari ABC, ia lalu menunjukkan laporan terbaru dari Bank Dunia dan Kementerian Kesehatan Indonesia tentang Biaya Kesehatan dan Ekonomi dari Tembakau di Indonesia.

Laporan itu menyebut adanya kerugian makro-ekonomi dari aktivitas merokok di tahun 2015.

Kerugian itu termasuk pengeluaran untuk membeli rokok sebesar Rp 208,83 Triliun; kehilangan masa produktivitas akibat keadaan tidak sehat, disabilitas dan kematian usia muda senilai Rp 374,06 Triliun; pengeluaran medis terkait penyakit akibat rokok sebesar Rp 13,67 Triliun.

“Dari ilustrasi itu, Indonesia bisa belajar dari Australia dalam hal mengontrol faktor penyebab penyakit yang bisa dicegah dengan kampanye kesehatan yang lebih baik,” ujar Profesor yang saat ini tengah bekerja dengan sejumlah mitra Indonesia untuk memperkirakan sejumlah penyakit yang bisa dicegah akibat aktivitas merokok, diabetes dan obesitas di Indonesia, studi yang ia duplikasi dari studi serupa di Australia.

Indonesia Bisa Belajar Atasi Penyakit Kronis Akibat Rokok Dari Australia
Perbandingan jumlah perokok di tiga negara ASEAN

Supplied; Danny Liew

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News