Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif
Sektor Riil Masih Stabil
Jumat, 10 Oktober 2008 – 09:31 WIB
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia menilai, tren kenaikan suku bunga sudah memengaruhi industri pembiayaan di Indonesia. Menurut dia, kenaikan BI rate membuat semua lembaga pembiayaan menyesuaikan suku bunga. ''Baik itu pembiayaan untuk alat berat, sepeda motor, maupun mobil,'' katanya.
Meski begitu, dia masih melihat optimisme di industri pembiayaan. Syaratnya, tidak terjadi pengetatan likuiditas perbankan. Karena itu, Wiwie menyesalkan keputusan bank sentral yang menaikkan BI rate menjadi 9,5 persen. Akibat kenaikan itu plus pengetatan likuiditas perbankan, dia memperkirakan omzet pembiayaan bisa turun 15-20 persen setiap bulan. ''Tapi, sampai sekarang belum ada penurunan signifikan. Per bulan rata-rata Rp 10 triliun-Rp 15 triliun,'' ucapnya.
Di industri properti, Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Djoko Slamet Utomo mengungkapkan, pihaknya justru berharap mendapat limpahan dari gonjang-ganjing industri keuangan. Pihaknya yakin properti tetap menjadi aset investasi yang menarik ketika sektor finansial runtuh. ''Ini kan ada barangnya. Asal ada uang, beli saja. Tidak akan hilang kok,'' tegasnya.
Mengenai dampak krisis AS terhadap pembangunan proyek-proyek properti, Djoko menilai hingga kini masih mudah mendapatkan pinjaman. Menurut dia, struktur pembiayaan properti sekarang berbeda dari 1998-an. Saat itu, pengembang memang banyak melakukan pinjaman ke bank untuk membangun properti.
JAKARTA - Di tengah pasar finansial yang bergejolak, ternyata ada sektor riil yang belum terkena dampak. Setidaknya, tiga hingga enam bulan ke depan
BERITA TERKAIT
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Penting Cegah Efek Negatif Urbanisasi Bagi Desa
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok