Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif

Sektor Riil Masih Stabil

Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif
KRISIS GLOBAL: Deputi gubernur BI senior Miranda Gultom, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Darmin Nasution, dan Menkeu Sri Mulyani saat memberi keterangan pers di gedung Depkeu, Kamis (9/10). Konpres mengenai dampak krisis global terhadap perekonomian Nasional. Foto; AGUS WAHYUDI / JAWA POS
Namun, saat ini pengembang lebih banyak mengandalkan equity (modal) daripada loan (pinjaman). ''Kalau dulu banyak pinjam uang, sekarang mending kerja sama. Lahannya milik orang lain, lantas kita yang bangun. Itu nanti ada sharing-nya. Tapi, untuk proyek besar masih pakai loan,'' jelasnya.

Pendapat berbeda diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia Ambar Tjahjono. Dia menyebutkan, krisis keuangan global membuat pasar ekspor kerajinan dan mebel ke AS turun 30 persen. Untuk pasar Eropa, dia memperkirakan penurunan 10 persen. ''Semua terkena imbas,'' tegasnya.

Nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke AS mencapai USD 700 juta dan USD 200 juta. Sedangkan total ekspor mebel Indonesia ke pasar dunia USD 2 miliar dan kerajinan USD 600 juta. Untuk meminimalkan dampak penurunan ekspor, pihaknya terus melakukan diversifikasi pasar. Di antaranya ke Rusia, Timur Tengah, dan Tiongkok. ''Biar bisa survive, kami berharap pemerintah memberikan fasilitas perpajakan kepada perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 1.000 orang,'' lanjutnya.

Begitu pula di industri elektronik. Ketua Umum Gabungan Elektronik (Gabel) Rahmat Gobel memperkirakan, nilai ekspor produk elektronik turun 5-10 persen tahun ini dan tahun depan. ''Sejak 2006, ekspor produk elektronik Indonesia menurun 10 persen per tahun. Dampak krisis di AS semakin menurunkan ekspor produk elektronik kita,'' ungkapnya.

JAKARTA - Di tengah pasar finansial yang bergejolak, ternyata ada sektor riil yang belum terkena dampak. Setidaknya, tiga hingga enam bulan ke depan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News