Indonesia Diimbau Kritis Menyikapi Kuasa Lunak Tiongkok
jpnn.com, JAKARTA - Pendiri sekaligus penasihat Forum Sinologi Indonesia (FSI) Profesor A Dhana mengimbau bangsa Indonesia, harus kritis menyikapi kuasa lunak Tiongkok.
Menurut dia, boleh memuji dan menghargai sukses pemerintah RRC dalam menjadikan negara dan bangsa yang besar.
"Kritiklah hal-hal yang menurut kita tidak cocok, khususnya dengan aturan dalam pergaulan antarbangsa," kata A Dhana, dalam sambutan tertulis di diskusi 'Menakar Ulang Kuasa Lunak Tiongkok di Indonesia: Sebuah Tinjauan Kritis, di Jakarta, Sabtu (20/5).
Dahana menganggap bahwa melalui upaya meningkatkan kuasa lunaknya di berbagai negara, termasuk Indonesia, Tiongkok sedang berusaha menjelma menjadi sebuah kekuatan imperial budaya.
Namun, Dahana mengingatkan bahwa selain berupaya menanamkan kuasa lunak, Tiongkok juga berupaya menjalankan kuasa keras (hard power).
Ini terlihat dari sepak terjang Tiongkok di Laut Cina Selatan dan dari berbagai pelanggaran hak berdaulat Indonesia di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) perairan dekat kepulauan Natuna.
Pemerhati Tiongkok dan Dosen Ilmu Komunikasi UPH, Dr. Johanes Herlijanto menyoroti posisi komunitas Tionghoa dalam upaya Tiongkok meningkatkan soft power di Indonesia.
Dia menekankan pada adanya upaya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk merangkul komunitas Tionghoa untuk kepentingan peningkatan hubungan Indonesia dan Tiongkok dengan mendorong mereka menjadi jembatan.
Indonesia diimbau agar kritis menyikapi kuasa lunak Tiongkok, khususnya dengan aturan pergaulan antarbangsa.
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Titik Pulang
- Bertemu Zhao Leji, Prabowo Tegaskan Komitmen Pererat Hubungan Indonesia-Tiongkok