Indonesia Pasca SBY
Rabu, 03 Agustus 2011 – 05:15 WIB
BILA gerakan reformasi (1998) berhasil mengubah dan menghancurkan dua ikon politik nasional sekaligus, yaitu Soekarno sebagai simbol Orde Lama dan Soeharto lambang Orde Baru, maka Gerakan Perubahan yang sudah menjadi tuntutan mahasiswa, pemuda, elemen pergerakan dan kekuatan politik progresif di parlemen akan melahirkan ikon politik nasional baru. Demokrasi Kriminal, tentu saja, lebih berbahaya dari Demokrasi Terpimpin (era Soekarno) dan Demokasi Pancasila (zaman Orde Baru). Sebab Demokrasi Kriminal adalah demokrasi yang prosesnya penuh tipu-daya, memakai uang hasil kejahatan (korupsi), dan dikendalikan Mafia Pemilu, untuk mengambil posisi jabatan publik.
Nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan dicatat sejarah dan menjadi ikon politik nasional penting setelah lengser dari tampuk kekuasaannya. SBY akan jadi pertanda (ikon) perubahan politik nasional sangat penting. Sehingga ke depan nanti, pelajaran sejarah politik nasional kontemporer akan melahirkan dua kutub: "Indonesia pra-SBY" dan "Indonesia pasca-SBY".
"Indonesia pra-SBY" akan menjadi simbol politik kekuasaan dengan struktur dan kehidupan ketatanegaraan yang amburadul. Pragmatisme adi wabah. Sedangkan keberpihakan kepada rakyat sangat rendah. Puncaknya terjadi di era kekuasaan SBY. Ditandai dengan muncul dan berkembangnya Demokrasi Kriminal.
Baca Juga: