Indonesia Perlu Mengatisipasi Perlambatan Ekonomi China, Ini Sebabnya
Dalam pandangannya, fenomena yang muncul di sebagian kalangan anak muda China ini merupakan akibat dari kejenuhan mereka terhadap dunia kerja.
"Tren bekerja yang dikenal sebagai budaya kerja ‘996,’ mengharuskan mereka bekerja dari pukul sembilan hingga pukul 21 selama enam hari dalam satu minggu,” tutur Johanes.
Senada dengan Iksan, Johanes pun berpandangan bahwa perlambatan ekonomi yang menerpa China, perlu menjadi bahan refleksi bagi negara-negara tersebut.
"Sebagai langkah antisipasi, penting bagi Indonesia untuk memastikan tersedianya mitra-mitra dagang maupun sumber-sumber investasi alternative,” tutur pemerhati China, ini.
Selain isu ekonomi, dibahas pula permasalahan mengenai keamanan kawasan Asia Timur dan Tenggara. Salah satunya adalah terkait ketegangan di sekitar Selat Taiwan.
Johanes menuturkan bahwa sejak 2022, terdapat kekhawatiran China mengambil alih Taiwan, dengan jalan kekerasan. Salah satu penyebab kekhawatiran itu karena Presiden RRC Xi Jinping akan mengupayakan reunifikasi Taiwan dengan China secara damai, tetapi tidak berjanji mengesampingkan penggunaan kekuatan.
"Ketegangan yang masih berlangsung di tahun 2023 itu tentu berpotensi merambat ke kawasan Asia Tenggara," ungkapnya.
Sepanjang 2023, kawasan Asia Tenggara pun dilanda ketegangan terkait sengketa antara China dan beberapa negara Asia Tenggara di Laut China Selatan (LCS). (jlo/jpnn)
perlambatan ekonomi China perlu ditanggapi secara hati-hati oleh negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Laut China Selatan, Teledor Atau Terjerat Calo Kekuasaan
- RI Sulit Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Kalau Mengandalkan Kapasitas Fiskal
- Ekonom CORE: PPN 12 Persen Semestinya Ditunda
- ICIIS 2024 Sukses, Shan Hai Map Optimistis Iklim Investasi Indonesia Makin Baik
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional, ASDP Hadirkan Bazar UMKM