Indonesia Punya 106 Ribu Apoteker, 60 Persennya Terkonsentrasi di Jawa
Pada praktiknya, untuk membatasi penyalahgunaan obat, sering kali dilakukan upaya penegakan hukum berupa razia terhadap apotek di beberapa tempat, tetapi langkah ini pun tidak lepas dari problema.
Noffendri Roestam menilai razia sebenarnya tidak tepat dilakukan pada apotek dan toko obat.
Apotek dan toko obat beroperasi dengan regulasi dan dalam pengawasan Dinas Kesehatan dan BPOM daerahnya, sehingga jika ada pelanggaran tentunya yang menindak adalah kedua badan tersebut di daerah masing-masing.
"Karena itu razia yang dilakukan di apotek dan toko obat, sama sekali tidak tepat. Apotek adalah sarana distribusi kefarmasian, bukan diskotek atau tempat nongkrong yang ada kemungkinan penyalahgunaan, kenapa harus dilakukan razia?," tuturnya.
Di dalam siniar ini, ketiga pembicara sepakat bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan ini, diperlukan solusi komprehensif yang melibatkan semua pihak dan memperhatikan berbagai faktor yang mencakup beberapa strategi.
Contohnya, edukasi kepada masyarakat secara komprehensif agar meningkatkan pengetahuan tentang pedoman swamedikasi dan penggunaan obat yang aman, percepatan dan penyederhanaan proses izin apotek untuk memastikan akses masyarakat di seluruh wilayah Indonesia untuk swamedikasi, dan pemerataan infrastruktur kesehatan seperti sarana pelayanan kefarmasian dan tenaga kefarmasian. (esy/jpnn)
Indonesia punya 106 ribu apoteker, 60 persennya di antaranya terkonsentrasi di Pulau Jawa
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad
- PB Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia Berpartisipasi Dalam Pembangunan Kesehatan
- Puluhan Ribu Konten Promosi Produk Kecantikan dan Makanan Ilegal Dihapus
- Memahami Layanan Dokter Online, Kelebihan dan Kekurangannya
- Asparminas Dukung Langkah Produsen Beralih ke Galon Bebas BPA
- Wajah Baru Upaya Pemerataan Layanan Kesehatan di Indonesia
- Inilah 6 Pertanyaan Penting yang Harus Ditanyakan ke Dokter, Nomor Terakhir Jangan Lupa