Indonesia Siapkan Observasi dan Antisipasi Kebijakan AS
Hal tersebut bisa saja bertentangan dengan sejumlah kebijakan global.
”Ini artinya akan diterjemahkan dalam kebijakan perdagangan, investasi luar negeri, dan di dalam kebijakan lain yang biasanya dulu Amerika menggunakan seluruh institusi sumber dayanya ataupun pengaruh hard policy sampai soft policy-nya di dunia,” paparnya.
Meski kini bukan lagi satu-satunya pemain penting ekonomi global, Negeri Paman Sam tetap saja memegang kunci utama lembaga-lembaga keuangan dunia.
AS merupakan pemilik saham terbesar di Bank Dunia. Pengaruh AS ke lembaga-lembaga ekonomi lain juga masih besar.
Sri menekankan, pemerintah akan mengantisipasi dua hal. Yakni, arah kebijakan AS dan reaksi pasar.
Sebab, keduanya cukup memengaruhi kondisi ekonomi domestik.
Dia menguraikan, pemerintah harus memperkuat ekonomi dalam negeri sehingga tidak mudah terpengaruh reaksi pasar.
”Pada saat seluruh investasi dunia menurun, Januari ini investasi di dunia melemah, kita harus menjaga momentum investasi yang butuh komitmen jangka panjang,” imbuhnya. (ken/rin/dee/c10/sof)
Volume perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) memang tidak terlalu besar.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh di Atas 5 Persen Sepanjang 2024
- Mendagri Tito: Daya Beli Masyarakat tidak Menurun, tetapi Meningkat
- Catatan Ketua MPR: Hilirisasi SDA Butuh Iklim Usaha Kondusif
- GEKRAFS Yakin Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 8 Persen di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Perekonomian Nasional Bertumbuh tetapi Pemerintah Harus Tetap Waspada
- DPR Yakin Pemerintah Bisa Jaga Stabilitas Politik Agar Perekonomian tak Terganggu