Indonesia Suarakan Kekhawatiran soal Penggunaan AI di Militer
jpnn.com, DEN HAAG - Indonesia akan mendorong dialog para pihak secara global untuk membicarakan kerangka etika pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam militer.
Kerangka etika tersebut mempertimbangkan karakteristik unik kecerdasan buatan dan potensinya dalam menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto.
"Indonesia akan terus terlibat dalam forum global yang mencoba memperkuat pendekatan untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab di bidang militer," kata Andi, Kamis, dalam sesi penutupan konferensi pengembangan AI bertanggungjawab dalam militer (REAIM 2023) yang digelar oleh Pemerintah Belanda di Den Haag.
Dalam sesi tersebut setiap negara peserta mendapat kesempatan selama tiga menit untuk menyampaikan pandangan akhirnya.
Konferensi yang digelar pada 15-16 Februari tersebut diikuti ratusan peserta dari 70 negara.
Konferensi ini menghasilkan Seruan Aksi yang ditandatangani oleh 61 negara, termasuk Indonesia, China dan Amerika Serikat.
Perkembangan AI, kata Andi, akan mengubah drastis peperangan dan mendorong revolusi militer.
"Apakah revolusi ini akan menghadirkan senjata penting, senjata sempurna yang menjamin kemenangan atau menawarkan platform baru yang membuat perang tidak bisa dimenangi. Perang menjadi ketinggalan zaman," kata dia.
Indonesia bertekad terlibat aktif dalam forum global yang mencoba memperkuat pendekatan untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab di bidang militer
- Samsung Pamer Layar Lipat Canggih di CES 2025
- Talent DNA Jadi Solusi Identifikasi Bakat Digital Anak
- Polri Disarankan Rekrut Polisi Ahli IT Untuk Hadapi Tantangan Kemajuan Teknologi
- Lewat AI BTN Tingkatkan Kualitas SDM
- Begini Cara Bikin CV Agar Dilirik HRD, Mudah Kok
- Universitas Australia Akan Jadi yang Pertama Gunakan AI di Asia Pasifik