Indosat Perbaiki Struktur Utang
jpnn.com - JAKARTA - PT Indosat Tbk (ISAT) berjuang keras menata profil keuangan, terutama akibat fluktuasi nilai tukar yang membuat persersoan menderita rugi kurs. Salah satunya dengan menerbitkan obligasi (surat utang) berdenominasi rupiah.
Emiten dengan kode ISAT itu menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp 10 triliun dan sukuk ijarah senilai Rp 1 triliun. Untuk tahap pertama, obligasi berkelanjutan I Indosat ini diterbitkan Rp 2,2 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan I tahap I senilai Rp 300 miliar.
Kupon ditawarkan untuk obligasi terdiri atas empat seri yang dibayarkan setiap triwulan sejak tanggal emisi. Begitu pula sukuk ijarah yang menawarkan empat jenis kupon dengan besaran bunga imbal ijarah masing-masing serinya sama dengan bunga obligasi.
Presiden Direktur dan CEO ISAT Alexander Rusli mengatakan, langkah itu ditempuh sebagai bagian rencana keuangan perseroan. "Penerbitan obligasi dan sukuk ijarah ini untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sekaligus memerbaiki struktur permodalan utang," ungkapnya di Jakarta kemarin.
Alex berharap aksi itu memberi efek positif untuk pengembangan bisnis di masa mendatang. Terutama dengan mengganti struktur utang yang saat ini dalam denominasi dolar AS (USD) masih cukup tinggi. "Pendapatan Indosat mayoritas rupiah. Terutama obligasi yang USD 650 juta itu memang mahal jadi harus di-cut. Kalau dalam rupiah sih oke, karena sejalan inflasi dan pertumbuhan pasar," ulasnya.
Obligasi USD 650 juta yang dimaksud adalah guaranteed notes yang diterbitkan anak usaha, yaitu Indosat Palapa Company B.V. (IPBV) yang berdomisili di Amsterdam. Beban bunganya 7,37 persen per tahun dan jatuh tempo pada 29 Juli 2020.
Alex memerkirakan pertumbuhan pendapatan tahun ini masih lebih rendah daripada rata-rata industri di kisaran 5 persen. Tahun depan pihaknya menargetkan bisa tumbuh 5 persen. Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki Ooredoo Asia (Qatar) sebesar 65 persen dan pemerintah RI 14,29 persen ini meyakini pertumbuhan tahun depan bisa melampaui rata-rata industri.
Direktur Keuangan ISAT Curt Stefan Carlsson mengatakan, pihaknya tahun depan berencana melakukan buyback surat utang senilai USD 650 juta itu. "Kami targetkan dari USD 1 miliar utang kami, porsi utang rupiah dan USD jadi 75 persen berbanding 25 persen. Sekarang masih 50 persen berbanding 50 persen," ujarnya.
Pihaknya memang memiliki opsi untuk melunasi lebih awal surat utang itu tahun depan pada 29 Juli 2015. Hak opsi berupa melakukan buyback seluruh atau sebagian dari nilai pokok guaranteed notes. Harga buyback setara 100 persen nilai pokok ditambah premium tertentu. Usai buyback, Stefan berharap, ISAT bisa membukukan kinerja positif.
Setidaknya berpengaruh pada pos bottom line alias laba bersih. Sampai akhir tahun lalu, rugi selisih kurs yang mencapai Rp 300 miliar membuat kinerja perseroan terjepit meskipun pada semester pertama tahun ini sudah membaik. (gen/oki)
JAKARTA - PT Indosat Tbk (ISAT) berjuang keras menata profil keuangan, terutama akibat fluktuasi nilai tukar yang membuat persersoan menderita rugi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi