Indra Charismiadji Sentil Nadiem, Larangan IDAI Sudah Jelas, Tetapi Masih Nekat PTM
Tentunya, tambah Indra, harus dengan cara berbeda implementasinya, tradisional. Dampak positif tidak akan muncul dengan cara guru berceramah di ruang Zoom selama berjam-jam dan mengirimkan tugas yang banyak jumlahnya kepada siswa.
Indra menganalogikan bila menanak nasi menggunakan rice cooker, tidak mungkin rice cooker diletakkan di atas kompor seperti menggunakan dandang. Nasi yang dihasilkan, rasa dan teksturnya berbeda tetapi keduanya tetap kita sebut nasi.
"Kalau ditanya mana yang lebih enak, jawabannya tergantung siapa yang ditanya alias selera," ucapnya.
Insan pendidikan, menurut Indra, harus unlearning model dan paradigma pembelajaran yang lama sehingga bisa relearn yang baru seperti menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning) pendidikan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics).
Sejak Maret 2020 saat belajar dari rumah (BDR) diberlakukan hingga hari ini, Indra mengatakan, tidak ada upaya untuk membenahi kualitas PJJ daring.
Tidak ada rencana pelatihan guru secara masif, pendampingan orang tua, dan stimulasi belajar untuk peserta didik.
Bahkan, kata Indra, pemerintah beberapa kali “memaksakan” buka sekolah terbukti dengan adanya tiga SKB 4 menteri tentang PTM.
"Sungguh ironis, karena saat ini era digital dan telah waktunya anak Indonesia dididik menjadi SDM unggul era digital," tandas Indra Charismiadji. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Indra Charismiadji mempertanyakan sikap pemerintah yang bersikukuh melaksanakan PTM terbatas meski sudah ada rekomendasi IDAI.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Nadiem Makarim Titipkan Guru, Dosen, Tendik & Pegiat Seni kepada Menteri Baru, Mengharukan
- Awas, Konsumsi Jajanan Berlebihan Menyebabkan PTM pada Anak
- PTM Meningkat, Pemerintah Harus Buat Aturan soal Jajanan Anak
- PTM Makin Marak Terjadi pada Anak, Pemerintah Diminta Lebih Perhatian
- Nadiem Makarim: Indonesia Melakukan Transformasi Pendidikan Besar-besaran Dalam 5 Tahun
- Lewat Program 2 Ini, Ribuan Siswa di Papua dan 3T Bisa Lanjutkan Pendidikan Berkualitas