Industri Alas Kaki Belum Membaik
jpnn.com, SURABAYA - Asosiasi Persepatuan Indonesia Jawa Timur (Aprisindo Jatim) mengatakan industri sepatu dalam negeri belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Dari data yang ada, hingga kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan bisnis sepatu di Jatim menurun 20 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Kinerja ekspor ke Eropa juga merosot 7-10 persen.
Ketua Aprisindo Jatim Winyoto Gunawan menjelaskan, banyak faktor yang mengakibatkan kelesuan di industri padat karya tersebut. Mulai pelemahan rupiah terhadap dolar hingga kondisi pasar yang memang belum stabil. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun.
''Kini banyak bahan baku produksi sepatu yang masih impor. Kalau rupiah melemah, otomatis harga bahan baku naik dan harga sepatu juga ikut terkerek. Sepatu dengan price normal saja sudah sepi, apalagi ditambah dengan peningkatan harga,'' ujarnya kemarin (14/11).
Rencana kenaikan UMR di atas 8 persen pada 2019 dinilai Winyoto juga berdampak terhadap industri sepatu. Sebab, bisnis sepatu termasuk padat karya yang memiliki cukup banyak karyawan. Bila setiap tahun industri sepatu menaikkan gaji karyawan, tentu pengusaha akan terbebani. Ditambah lagi pasar yang memang sedang sepi.
Di samping itu, ekspor alas kaki menurun. Terutama di pasar Eropa. Winyoto mengakui bahwa saat ini banyak buyer yang beralih ke negara Vietnam, Kamboja, dan India. (car/c14/oki)
Rencana kenaikan UMR di atas 8 persen pada 2019 dinilai Winyoto juga berdampak terhadap industri sepatu.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sepatu Buatan Indonesia Incar Peluang di Pameran Perlengkapan Militer di Australia
- Merek Baru Bermunculan, tetapi Produk Sepatu Ini Masih Jadi Kesayangan
- Dulu Modal Dengkul, Kini Pengusaha Muda Ini Buka Lapangan Kerja
- Indonesia Eksportir Alas Kaki Terbesar Keenam Dunia, Vietnam Ketiga
- Hambatan Utama Industri Alas Kaki
- Pasar Sepatu Domestik Turun Hingga 60 Persen