Industri Islamofobia
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Agama dan umat beragama seolah jadi terdakwa.
Agama dianggap sumber radikalisme dan benih konflik yang membelah warga bangsa.
Akibatnya di Indonesia mulai tumbuh pandangan kuat, janganlah membawa-bawa agama di ruang publik.
Simpanlah agama di ranah domestik.
Sementara ranah politik, etnik, kedaerahan, dan segala atribut lain ketika bermasalah dianggap biasa dan bukan sumber kegaduhan.
Padahal, karena soal politik rakyat terbelah, gedung dibakar, konflik mengeras, dan kehidupan gaduh.
Orang mengelompok dengan fanatik dalam referensi etnik atau kedaerahan tak disebut eksklusif dan intoleran.
Kelompok bersenjata di Papua yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia melakukan kegiatan kekerasan yang masuk dalam kategori terorisme.
Ketakutan terhadap Islam, atau islamofobia, menjadi isu yang terus-menerus diperdebatkan, baik di level Indonesia maupun di level internasional.
- Peringati Hari Al Quds Sedunia, Ribuan Massa Padati Gedung Grahadi Surabaya
- Bea Cukai Berikan Fasilitas Kawasan Berikat untuk Produsen Tas Jinjing di Jepara
- ISACA Indonesia Lantik Kepengurusan, Harun Al Rasyid Pertegas Soal Peningkatan IT GRC
- Menpora Dito Apresiasi Kegiatan Majelis Tilawah Al-Quran Antarbangsa ke 15 DMDI
- Hadir di Indonesia, Adecco Siap Bawa Standar Global untuk Ketenagakerjaan
- Presiden Prabowo Minta Deregulasi Genjot Daya Saing dan Investasi Industri Padat Karya