Industri Islamofobia
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

"Islam telah menyerang kita," begitu kalimat yang digunakan sebagai iklan-publik industri islamofobia.
"Kini mereka hendak menancapkan kekuatannya persis di pusat peradaban kita. Mengapa harus kita biarkan?"
Iklan untuk menggoreng sentimen ini dilakukan oleh media massa, termasuk melalui radio dan televisi.
Fox News milik Rupert Murdoch menjadi bagian penting dari operator industri itu.
Selama 3 bulan sejak berita mengenai pembangunan masjid raksasa itu mencuat, media-media itu melakukan kampanye masif untuk menolak dengan mengumpulkan puluhan komentator.
Sebagian besar berupa komentar panas, yang mulai membakar sentimen lebih luas.
Acara-acara mingguan di televisi dan radio di seputar isu itu--yang digemakan kembali melalui koran-koran dan majalah yang berjajaring dengan Fox--telah menghasilkan USD 2 juta perolehan iklan.
Karena kesuksesan ini, Fox News akhirnya dikontrak untuk memperpanjang acara-acara pembakaran sentimen anti-Islam pada tahun-tahun berikutnya.
Ketakutan terhadap Islam, atau islamofobia, menjadi isu yang terus-menerus diperdebatkan, baik di level Indonesia maupun di level internasional.
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo
- Legislator Nilai Larangan Produksi AMDK di Bawah 1 liter Mematikan Industri
- Waka MPR Eddy Soeparno Angkat Bicara soal Protes AS Terhadap Kebijakan TKDN Indonesia
- Peringati Hari Al Quds Sedunia, Ribuan Massa Padati Gedung Grahadi Surabaya