Industri Karbon Bangkit, Biochar Sawa Jadi Contoh Inovasi
“Investasi sebesar USD 50 juta ini menjadi bukti bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemain pasar karbon terbesar di dunia," lanjutnya.
Dia menyebutkan masyarakat juga perlu tahu bahwa industri karbon tidak hanya tentang optimalisasi aset sektor hijau seperti hutan atau terumbu karang untuk mengurangi karbon, tetapi juga tentang produk inovasi lainnya.
"Seperti biochar yang dapat mengikat karbon hingga lebih dari 50 persen. Ini adalah solusi pengurangan karbon yang dibutuhkan oleh banyak negara. Saya harap Indonesia akan memiliki lebih banyak lagi inovasi dalam industri karbon kedepannya," ujar Pradana.
Saat ini, pemerintah telah turut mendukung upaya pengontrolan karbon melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021, Perpres no. 14 Tahun 2024, dan POJK No. 14 Tahun 2023.
“Pemerintah Indonesia akan terus mengusahakan percepatan regulasi terkait carbon capture dan perdagangan karbon di Indonesia, terutama terkait insentif pajak," jelas Pradana dalam rapat tertutup tersebut.
Sawa Eco sendiri adalah sebuah perusahaan hijau Indonesia yang mengeksplorasi permasalahan kredit karbon dari praktik berbahaya pembakaran lahan pertanian di Indonesia.
Pasalnya, mekanisme carbon capture Sawa berawal dari penyerapan karbon yang berada di tanaman dan udara.
Selanjutnya, mereka memfiltrasi zat sisa dari karbon murni untuk diperjual belikan sebagai bahan dari pupuk tanaman.
CEO Sawa Eco, Phil Rickard menjelaskan pihaknya telah sukses mendapatkan investasi dari Offset8 Capital Limited untuk proyek kredit karbon di Indonesia
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah
- Pertamina Manfaatkan Proyek Perdagangan Karbon Demi Kejar Target NZE di 2060
- PT Sarihusada Raih Kinerja Terbaik Penerapan Industri Hijau di AIGIS 2024
- AstraZeneca Komitmen Wujudkan Ambisi Nol Karbon Perusahaan
- Industri Pupuk Harus Bertransformasi jadi Industri Hijau
- Satuplatform Hadirkan Solusi All-in-One ESG & Karbon