Industri Manufaktur Kalah dari Vietnam, Pengusaha Minta Kemudahan Regulasi

jpnn.com, SURABAYA - Industri manufaktur Jawa Timur (Jatim) dianggap kalah bersaing dengan Vietnam.
Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim Nur Cahyudi menuturkan, kendala utamanya terletak pada upah minimum regional (UMR) dan sumber daya manusia (SDM).
Oleh sebab itu, para pelaku usaha berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap industri padat karya.
BACA JUGA: Kontribusi Pajak UMKM Belum Signifikan
Nur menuturkan, hingga saat ini industri masih mengalami banyak hambatan sehingga sulit tumbuh. Bahkan industri hengkang dari Jatim.
"Kami masih dihadapkan dengan Permendag 110 tentang pembatasan impor baja dan kain khusus untuk mebel, padahal jumlahnya tidak banyak. Pada akhirnya ada industri mebel yang kehilangan potensi buyer sampai USD 110 juta," katanya, Jumat (5/7).
Jika membandingkan dengan Vietnam, lanjutnya, pemerintah seharusnya bisa membuat kelebihan dalam membuat kebijakan.
Misalnya, upah pekerja tinggi, tetapi pajaknya harus ditekan. Bisa juga pajaknya tinggi, tetapi harga energinya diturunkan.
Kinerja industri manufaktur Jawa Timur (Jatim) dianggap kalah bersaing dengan Vietnam.
- 25 Tahun Eksis di Industri, Deretan Merek Ini Raih Golden Brand of The Year 2025
- Kantongi Izin Kawasan Berkat, PT Globalindo Intimates Siap Dorong Ekspor Garmen dari Klaten
- Bea Cukai Memperkuat Pengawasan untuk Melawan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual
- BigBox AI dari Telkom Bantu Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Bisnis
- MultiVerse Conference 2025 Jadi Ajang Kolaborasi Industri dan Akademisi
- Bea Cukai Amankan Kapal Pengangkut 60 Ribu Batang Rokok Ilegal di Perairan Pulau Setunah