Industri Manufaktur Kalah dari Vietnam, Pengusaha Minta Kemudahan Regulasi

jpnn.com, SURABAYA - Industri manufaktur Jawa Timur (Jatim) dianggap kalah bersaing dengan Vietnam.
Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim Nur Cahyudi menuturkan, kendala utamanya terletak pada upah minimum regional (UMR) dan sumber daya manusia (SDM).
Oleh sebab itu, para pelaku usaha berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap industri padat karya.
BACA JUGA: Kontribusi Pajak UMKM Belum Signifikan
Nur menuturkan, hingga saat ini industri masih mengalami banyak hambatan sehingga sulit tumbuh. Bahkan industri hengkang dari Jatim.
"Kami masih dihadapkan dengan Permendag 110 tentang pembatasan impor baja dan kain khusus untuk mebel, padahal jumlahnya tidak banyak. Pada akhirnya ada industri mebel yang kehilangan potensi buyer sampai USD 110 juta," katanya, Jumat (5/7).
Jika membandingkan dengan Vietnam, lanjutnya, pemerintah seharusnya bisa membuat kelebihan dalam membuat kebijakan.
Misalnya, upah pekerja tinggi, tetapi pajaknya harus ditekan. Bisa juga pajaknya tinggi, tetapi harga energinya diturunkan.
Kinerja industri manufaktur Jawa Timur (Jatim) dianggap kalah bersaing dengan Vietnam.
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo
- Legislator Nilai Larangan Produksi AMDK di Bawah 1 liter Mematikan Industri
- Pasar Batu Bara Masih Oke, Anak Usaha SGER Teken Kontrak dengan Perusahaan Vietnam
- Waka MPR Eddy Soeparno Angkat Bicara soal Protes AS Terhadap Kebijakan TKDN Indonesia