Industri Otomotif Butuh Transisi Menuju BEV
Adapun dari sisi industri, mobil listrik yang dipasarkan saat ini masih diimpor dalam keadaan utuh, belum dirakit atau dibuat di Indonesia.
Kemudian, kata dia, industri komponen utama baterai masih dalam proses pembangunan diperkirakan baru mulai berproduksi pada 2024.
Kesiapan masyarakat/konsumen untuk mengadopsi kendaraan dengan teknologi baru ini.
“Nilai jual kembali BEV juga menjadi tantangan, selain harga baterai masih mahal, yakni 40-60% dari harga kendaraan listrik). Selanjutnya, terwujudnya BEV perlu terintegrasi dengan eco industry, penelitian dan pengembangan, serta industri komponen pendukung,” ucap Shodiq.
Seiring dengan itu, perlu adanya transisi teknologi untuk mengurangi dampak perubahan struktur industri sebelum terjadi industrialisasi komponen BEV, seperti baterai, PCU/inverter, dan lain-lain.
Tujuannya agar BEV dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan menyerap tenaga kerja baru.
“Saya kira pengalihan teknologi kendaraan berbasis motor ke kendaraan listrik sebaiknya berjalan secara alami. Hal penting adalah tingkat permintaan pasar yang tepat sangat penting untuk mencapai skala ekonomi,” tutur Shodiq.
Pada prinsipnya, dia menyatakan, industri otomotif mendukung penuh BEV. Namun, ini membutuhkan transisi teknologi.
Perubahan mobil dari mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) ke battery electric vehicle (BEV) dinilai akan mengubah struktur industri otomotif nasional.
- Hyundai Ioniq 5 & 6 Bermasalah Pada Unit ICCU, Berpotensi Memicu Kecelakaan
- Hadir di GJAW 2024, JKIND Pamerkan Inovasi Kaca Film & Paint Protection
- Chery J6 Bermotif Batik Bakal Dilelang di GJAW 2024, Siapa Mau?
- GJAW 2024, BYD Sediakan Hadiah Mobil Listrik M6 Superior
- GJAW 2024, Aletra Resmi Hadir di Indonesia, Bawa MPV Listrik
- Melantai di GJAW 2024, Mobil Listrik Chery J6 Dibanderol Rp 400 Jutaan