Industri Pakan Ternak Maksimal Memanfaatkan Jagung Lokal
jpnn.com, CIBUBUR - Industri pakan merespons dengan baik kebijakan pemerintah yang mencanangkan 2017 sebagai tahun swasembada jagung. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya impor jagung untuk bahan pakan dari 3,16 juta ton (2014) menjadi 2,74 juta ton (2015) dan turun signifikan menjadi 884 ribu ton (2016).
“Pabrik Pakan Ternak sampai saat ini belum ada impor jagung untuk bahan pakan. Melalui pola kerja sama dengan Pemerintah dalam melakukan penyerapan dan pembelian hasil panen jagung dari petani sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan jagung sebagai bahan pakan,” kata Hudian, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) melalui keterangan pers Humas Kementan, Sabtu (22/9).
Menurut Hudian, tahun 2017 ini GPMT juga tidak pernah meminta impor jagung. Pihaknya memandang perlu untuk mengklarifikasi juga terkait dengan pemberitaan yang beredar, bahwa GPMT mengajukan impor feed wheat untuk mengisi kurangnya pasokan jagung dalam negeri sebagai bahan baku pakan itu adalah tidak benar.
“Impor feed wheat sebesar 200 ribu MT itu hanya sebagai salah satu komponen formula pakan karena tidak diproduksi di dalam negeri, dan bukan sebagai pengganti jagung,” jelasnya.
“Jumlah 200 ribu MT tersebut akan digunakan untuk waktu 3 bulan atau rata-rata 70 ribu MT per bulan, maka dibandingkan dengan kebutuhan satu juta MT jagung per bulan, penggunaan feed wheat tersebut dimaksudkan sebagai komponen improvement feed performance,” ungkap Hudian.
Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah di sela dialog acara Jambore Peternakan Nasional di Bumi Perkemahan Cibubur menyampaikan, langkah Pemerintah dalam mengendalikan impor jagung cukup beralasan karena dari produksi jagung lokal menunjukkan peningkatan signifikan yang menjamin ketersediaannya sebagai bahan pakan aman.
Berdasarkan realisasi tanam Januari-Juni 2017 terdapat potensi produksi 21,86 juta ton yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan 12 bulan bahan pakan ternak (rata-rata 950 ribu ton per bulan: 700 ribu untuk industri pakan dan 250 ribu untuk peternak mandiri). Ditambah dengan realisasi tanam bulan Juli dan Agustus 2017 yang diperkirakan panen pada bulan Oktober-Desember 2017, terdapat surplus 6 juta ton (Pusdatin, September 2017).
Lebih lanjut, Nasrullah menyampaikan ketersediaan jagung sebagai bahan pakan juga dikuatkan dari hasil monitoring dan evaluasi jagung oleh tim gabungan. Tim beranggotakan unsur-unsur dari Kemenko Perekonomian, Bulog, GPMT, dan unsur internal Kementerian Pertanian (Ditjen PKH, Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Pusat Data dan Informasi Pertanian) ke sentra jagung di 9 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Industri pakan merespons dengan baik kebijakan pemerintah yang mencanangkan 2017 sebagai tahun swasembada jagung.
- Gelar Rapat Maraton, Mentan Amran Ingin Buat Lompatan Besar Menuju Swasembada Pangan
- Kementan Beri Pendampingan dan Penerapan Mekanisme ke Petani di Merauke
- Kementan Perkuat Integrasi Pelaku Usaha Dukung Daya Saing Produk Hortikultura Lewat Forum Ini
- Dukung Pangan Bergizi, Kementan Gelar Bimbingan Teknis Pemanfaatan Pekarangan
- KPK Panggil Auditor Utama BPK terkait Kasus Korupsi X-Ray di Kementan
- Optimalkan Produksi Beras Nasional, Kementan Siapkan Brigade Pangan dari Bone