Industri Pelayaran Offshore di Ujung Tanduk

Untuk memenuhi target produksi jangka panjang, Pertamina sudah membidik kontrak-kontrak yang akan berakhir.
Ini bisa diartikan sebagai minyak atau gas yang murah untuk diproduksi karena umumnya mereka ditinggalkan dalam keadaan yang sudah jadi oleh para PSC tersebut.
“Jika dikerucutkan, Pertamina jelas membutuhkan partner strategis untuk mengatasi penurunan produksi minyak. Yang diperkirakan akan menghasilkan rata-rata 780 ribu barel per hari,” ujarnya.
Pada akhir 2016, tambah dia, bandingkan dengan tahun 90-an produksi minyak Indonesia masih berada di angka 1,5 juta barel per hari.
Jika tidak ada pengembangan proyek baru, diperkirakan Indonesia akan kekurangan sekitar 2,5 juta barel per hari pada 2025 nanti.
Zaenal mengatakan, dengan lesunya industri perkapalan, dikhawatirkan saat Pertamina menangani begitu banyak proyek yang ditinggalkan PSC pada lima tahun ke depan.
Kapal-kapal bendera Indonesia sudah lebih dahulu lenyap dari bumi pertiwi.
“Dengan harga sewa kapal OSV kelas 5000 HP sudah menyentuh harga USD 3.000 per hari. Investasi para pemilik kapal diperkirakan akan semakin sulit berkembang,” ujarnya. (ctr/lhl/k8)
Kontrak kerja sama pengelolaan Blok Mahakam oleh perusahaan Total E&P Prancis dan Inpex Japan akan berakhir dalam hitungan bulan.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo
- Legislator Nilai Larangan Produksi AMDK di Bawah 1 liter Mematikan Industri
- Waka MPR Eddy Soeparno Angkat Bicara soal Protes AS Terhadap Kebijakan TKDN Indonesia
- Bea Cukai Berikan Fasilitas Kawasan Berikat untuk Produsen Tas Jinjing di Jepara