Industri Plastik Terlalu Bergantung Bahan Baku Impor
Lambatnya pengembangan petrokimia di Indonesia bisa terlihat dari nyaris absennya investasi baru di sektor tersebut.
Pabrikan petrokimia eksisting sepenuhnya masih bergantung pada bahan baku nafta.
’’Padahal, komponen nafta mencapai 80 persen terhadap total bahan baku industri aromatik, olefin, dan plastik,’’ tambah Budi.
Dengan demikian, menurut dia, pengembangan sektor petrokimia mesti segera beralih ke basis gas karena lebih efisien dari sisi biaya.
Terlebih, Indonesia memiliki ketersediaan cadangan gas yang sangat memadai. Terutama dari Bintuni dan Masela.
Inaplas berpendapat, sektor petrokimia berbasis gas di Indonesia merupakan peluang investasi yang menarik di mata investor.
Sebab, pabrikan petrokimia di Indonesia masih belum mampu memasok kebutuhan polimer dan monomer yang rata-rata 5,6 juta ton setiap tahun.
’’Investor selalu meminta kepastian harga dan pasokan gasnya. Sampai sekarang, mereka yang tertarik itu belum juga mendapat kepastian soal gas,’’ paparnya. (car/c15/sof)
Pertumbuhan industri plastik di tanah air pada tahun ini diperkirakan mencapai enam persen
Redaktur & Reporter : Ragil
- Bea Cukai Bersama BPOM & Asperindo Gelar FGD Bahas Pengawasan Impor Obat dan Makanan
- Tom Lembong Diperiksa Kejagung Hari Ini
- Sritex Cuma Salah Satu Korban Badai Besar di Industri Garmen
- Polres Rokan Hilir Menyita 117 Bal Pakaian Bekas Impor, 3 Tersangka Ditangkap
- Geger Bakal Ada Impor Susu untuk Makan Bergizi Gratis, Ternyata...
- Fasdana, Solusi Pembiayaan Impor dengan Sistem Paylater