Industri Vape Terus Berkembang, Kolaborasi dengan Pemerintah Sangat Diperlukan
jpnn.com, JAKARTA - Pengurangan dampak buruk tembakau adalah intervensi yang kian populer untuk berhenti merokok.
Hal ini tecermin dari tren pemakaian produk tembakau alternatif seperti vape, tembakau yang dipanaskan (HTP), dan snus yang semakin meningkat dan menarik perhatian pemerintah di berbagai belahan dunia.
Tercatat dari laporan Global Tobacco Harm Reduction 2021, jumlah vapers global yang semula 68 juta pada 2020 meningkat jadi 82 juta pengguna di 2021.
Dengan potensi yang besar, informasi yang akurat bagi regulasi tembakau alternatif sangat dibutuhkan untuk mendukung industri yang tengah berkembang.
Belakangan muncul perdebatan mengenai efisiensi rasa likuid (flavour) dalam menurunkan angka prevalensi merokok.
Pakar toksikologi dari Universitas Graz Profesor Bernd Mayer menyampaikan bahwa berbagai regulasi yang melarang varian rasa vape untuk dijual di publik berawal dari ketidaktahuan publik mengenai kandungan dari varian rasa vape itu sendiri.
Bernd mengklarifikasi bahwa varian rasa tidak menargetkan anak-anak, melainkan menjadi pilihan pengguna vape dewasa seperti ia sendiri.
“Saya telah melakukan analisis di laboratorium yang bersertifikasi. Hasilnya menyatakan bahwa rasa tembakau adalah yang paling kompleks karena mengandung sebanyak 60–70 senyawa individu. Sementara senyawa yang terkandung pada rasa vape lain pada umumnya hanya sebanyak 10 senyawa individu,” kata Bernd.
Tercatat dari laporan Global Tobacco Harm Reduction 2021, jumlah vapers global yang semula 68 juta pada 2020 meningkat jadi 82 juta pengguna di 2021
- Pasar Meningkat, Pemain Baru Rokok Elektrik Bermunculan
- Ingin Berhenti Merokok? Segera Beralih ke Tembakau Alternatif
- Dr. Cashtry Sebut Beberapa Langkah Penting Untuk Kurangi PTM di Kota Medan
- Mulai Bulan Depan, Vape Jadi Barang Haram di Vietnam
- FUEL Luncurkan Inovasi Terbaru, Liquid dengan Varian 'Ice Cream Series'
- Demi Anak-Anak, Inggris Bakal Larang Vape Sekali Pakai Tahun Depan