Infiltrasi Radikalisme Melalui Pengasuh tak Mudah Dideteksi
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat Susanto mengatakan, ada beberapa pintu masuk sehingga anak terinfiltrasi.
Salah satunya adalah faktor guru. Dalam konteks Indonesia, kata Susanto, guru bukan hanya sumber nilai bagi anak.
“Di sisi lain, guru menjadi referensi dalam semua hal, termasuk juga wawasan keagamaan, wawasan kebangsaan, dan lain sebagainya,” kata Susanto, Jumat (7/9).
Dia menambahkan, situasi menjadi lebih berbahaya ketika guru terinfiltrasi radikalisme.
Sebab, guru akan dimanfaatkan oleh jaringan kelompok radikal terorisme sebagai pintu masuk kepada anak.
Faktor lain yang tidak boleh disepelekan adalah peran orang tua dan pengasuh.
Infiltrasi radikalisme melalui pengasuh tidak mudah dideteksi sehingga penyebar paham negatif itu banyak memanfaatkan orang tua untuk menulari anak-anaknya.
Faktor lainnya adalah penyebaran melalui dunia siber. Saat ini kemajuan informasi teknologi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dibendung.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat Susanto mengatakan, ada beberapa pintu masuk sehingga anak terinfiltrasi.
- Mendiktisaintek: Pendidikan Ampuh Mencegah Radikalisme dan Terorisme
- BNPT & PNM Kerja Sama Cegah Radikalisme lewat Pemberdayaan Ekonomi
- 5 Berita Terpopuler: Menteri Ikut Bicara soal Kasus Guru Honorer Supriyani, KPAI juga Bergerak, Persaingan Keras
- Kasus Guru Supriyani Dituduh Memukul Anak Polisi, KPAI Minta PGRI Tak Lakukan Diskriminasi
- Laporkan Kimberly Ryder ke KPAI, Edward Akbar Sertakan Barang Bukti Ini
- Edward Akbar Adukan Kimberly Ryder ke KPAI Atas Dugaan Kekerasan Terhadap Anak