Infografis Senjata Andalan Baru Koran Hadapi Persaingan
Ajang WAN-INFRA kian mendapat perhatian dari para pelaku bisnis media cetak dari segala penjuru dunia. Pemantapan eksistensi koran untuk bertahan pada masa depan menjadi fokus pembicaraan.
Tim Jawa Pos, Banglore
Banglore International Exhibition Centre (BIEC) yang berjarak 35 km sebelah utara Kota Banglore menjadi saksi atas pesatnya perkembangan dunia media cetak di penjuru dunia. Sekitar 600 orang memadati BIEC yang luasnya mencapai 40 hektare.
Para pelaku bisnis media cetak tersebut berusaha menampakkan kejayaannya untuk memberikan informasi pada masa depan. Hal itulah yang terlihat dalam ajang WAN-IFRA selama tiga hari, 11"13 September 2013. Keseriusan dalam membahas perkembangan media terlihat dari sejumlah pimpinan media ternama di sejumlah negara yang memaparkan keberhasilan masing-masing.
Meski hanya duduk di tangga permanen yang menuju convention hall, hal itu tidak mengurangi pertukaran informasi berharga. Diskusi pun berlanjut dalam forum ilmiah dengan beragam tema menarik. Antara lain, the new face of journalism, trends in newsroom, serta implementasi sistem editor modern.
"Para pelaku bisnis media cetak ingin mencermati perkembangan media di setiap negara melalui forum ini," ujar Director Publications and Events WAN-IFRA Gilles Demptos.
Hal itulah yang membuat banyak peserta baru berpartisipasi dalam ajang konferensi WAN-IFRA. Kali ini peserta baru adalah negara dari Afrika, yakni Ugada dan Angola. "Jumlah peserta 25 orang," tuturnya.
Jumlah peserta awarding pun terus bertambah. Mereka mengirimkan karya-karya terbaiknya. Fakta itu membuat Demptos yakin media cetak bakal bertahan lama. Apalagi, media cetak mulai berani memberikan desain yang di luar perkiraan.
Bukan hanya soal konvensi, ekspo WAN-IFRA 2013 juga menarik perhatian peserta. Mereka mencari "senjata" baru untuk memperkuat media cetaknya. Memang, booth yang ada memberikan banyak informasi mengenai mesin cetak baru. Mulai mesin cetak berkecepatan 72 ribu eksemplar per jam yang menjanjikan presisi dan mesin packaging.
Ada juga yang menawarkan solusi mobile web agar koran bisa dinikmati di mana saja melalui internet. Namun, peserta umumnya tertarik pada perkembangan mesin cetak.
Salah satu penyebabnya, infografis menjadi andalan koran untuk menghadapi persaingan dengan media online. Sebab, infografis bisa merangkum data dan kejadian dengan lebih ringkas serta detail. Infografis juga membuat orang semakin tertarik untuk membaca koran.
Kesimpulan tersebut mencuat dalam pertemuan hari kedua ajang WAN-IFRA Publish Asia 2013 kemarin. Terry Maguire, founder Mediterranean Media Center Prancis, mengungkapkan, infografis sangat mendukung perwajahan koran sehingga bisa menarik pembaca untuk mendalami isinya. "Kalau ada kejadian luar biasa, bisa dijelaskan dengan infografis. Penjelasannya jadi sangat menarik," katanya.
Apalagi, saat ini mayoritas masyarakat masih membaca koran. Sisanya melihat televisi atau mendengarkan radio. Misalnya, yang terjadi di India. Koran tetap menjadi jujukan informasi nomor satu. "Karena itulah, memasukkan infografis sangat membantu dalam memaparkan data," tambahnya.
Naskah berita yang bagus dan foto yang berkualitas tidak cukup untuk menarik orang agar membaca. Infografis menjadi daya tarik yang tidak terkalahkan untuk memaparkan data dengan cara yang lebih menarik.
Nah, Jawa Pos sudah menyadari bahwa infografis merupakan hal yang penting selain naskah dan fotografi. Terbukti, koran terbesar ini sudah mendidik desainer infografis sejak satu dekade lalu dengan membuka program Sekolah Kreatif Khusus Media (SKKM).
Deputy CEO WAN-IFRA Jerman Manfred Werfel menyatakan, saat ini pengiklan di media cetak tidak sekadar memesan space untuk beriklan. Tapi, mereka ingin dampak yang lebih jauh. Yakni, menanamkan kesan mendalam terhadap produk atau jasa. Koran harus berinovasi agar bisa memenuhi kebutuhan klien.
Banyak peluang yang bisa dieksplorasi media cetak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab, hanya media cetak yang bisa mengombinasikan lima aspek sekaligus. "Yaitu, melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan membau," jelasnya.
Pada sesi diskusi, Mahfuz Anam, editor The Daily Star, Bangladesh, menyebutkan, berita bisa didapat dari mana saja, khususnya internet. Tapi, kepercayaan (trust) sangat esensial. Sebab, itu adalah kunci mempertahankan kepercayaan pembaca. "Jurnalis dapat berita harus verifikasi dan diolah supaya menarik dibaca. Jangan sampai membuat opini seperti di media sosial," tegasnya.
Dia menambahkan, industri koran adalah bisnis dengan berjualan berita. Pembaca pun membeli koran karena kredibilitas. "Pelaku media cetak silakan berbisnis untuk mencari uang banyak. Tapi, kaidah jurnalistik harus tetap dipegang teguh," ujarnya.
President WAN-IFRA Swedia Tomas Brunegard menegaskan, jurnalistik yang berimbang adalah nilai yang harus dipegang teguh pelaku media cetak. Nilai itulah yang bisa membuat kepercayaan pembaca kepada media cetak tetap tinggi. "Kita harus berpikir positif untuk menghadapi persaingan media pada masa depan," katanya. (eko/dim/ran/dio/c5/kim)
Ajang WAN-INFRA kian mendapat perhatian dari para pelaku bisnis media cetak dari segala penjuru dunia. Pemantapan eksistensi koran untuk bertahan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara