Ingat Ayah di Senam Puasa
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Di bulan puasa ini peserta senam saya menurun drastis. Dari 50 tinggal 15 orang. Untung saya tidak memungut bayaran. Tidak perlu takut pendapatan turun.
Mengapa saya tetap berolahraga? Di bulan puasa? Setiap pagi? Satu jam lebih? Jelas. Saya ingin tetap sehat. Di samping ingin naik pangkat: hahaha …. jadi pelatih. Sudah 8 tahun tiap hari senam di Monas, Jakarta, tidak pernah naik pangkat.
Selama terkena perkara, saya harus tinggal di Surabaya. Mau senam di mana? Banyak senam di Surabaya, tapi aerobik. Atau pilates. Atau freeletics. Terlalu muda untuk orang berumur 66 tahun.
Mau senam Dahlan Style, begitu teman-teman menamai senam Monas, tidak ada temannya. Maka saya putuskan bikin senam Monas cabang Surabaya. Saya angkat diri saya sendiri jadi pelatihnya.
Beberapa teman lama bisa saya ancam untuk pura-pura jadi peserta. Lalu tergiur. Jadi peserta beneran. Kian lama kian banyak. Asyik. Yang berjilbab pun kini bisa dansa Xiao Ping Guo. Atau Mambo Number Five. Atau Cha Cha Badansa. Dan banyak lagi.
Yang muda-muda sudah bisa lebih lincah daripada saya. Bahkan saya sudah melantik lima di antara mereka, lima dara cantik, sebagai pelatih baru.
Kian seru. Kian asyik. Entahlah, apakah juga kian sehat.
Ancaman penyakit memang masih terus mengintai saya. Saya harus atasi itu. Saya tidak boleh takluk. Tidak boleh jatuh sakit.