Ingat, Dua Kali Pilpres Pemenangnya Tokoh yang Muncul Tiba-tiba
jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kecenderungan memilih figur calon presiden (capres) yang merakyat.
Menurut Dosen Sosiologi Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito, hal tersebut sangat jelas terlihat pada pemilu sebelumnya.
Namun apakah hal tersebut masih berlaku di Pemilihan Presiden 2019 mendatang? Arie meragukannya. Karena beberapa waktu belakangan, muncul politik identitas. Seperti yang terlihat pada Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
"Saya kira (memilih figur merakyat,red) terlihat sebelum ada ketegangan politik dengan munculnya politik identitas. Nanti akan bercecer lagi, tergantung cuaca politik. Tapi pola-pola lama masih tampak," ujar Arie pada JPNN, Selasa (30/5).
Menurut Arie, menguatnya politik identitas akhir-akhir ini menjadi bukti sulitnya membaca arah politik untuk mengukur keterpilihan pemimpin pada Pilpres 2019 mendatang.
Apalagi ada kecenderungan sosok yang terpilih merupakan figur yang muncul tiba-tiba. Seperti yang terlihat pada Pilpres 2004 dan 2014 lalu.
"Kemunculan Susilo Bambang Yudhoyono dulu (Pilpres 2004,red) kan tiba-tiba. Demikian juga dengan kemunculan Jokowi. Sementara Prabowo, sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari, tapi tetap kalah," pungkas Arie. (gir/jpnn)
Masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kecenderungan memilih figur calon presiden (capres) yang merakyat.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Nyali Besar
- Kunjungi Desa Peron, Jokowi kagumi produk Alpukat dan Gula Aren
- Karyawan PT Sritex Bakal Demo di Jakarta, Sebut Nama Prabowo
- Arief Poyuono Merespons Polemik PPN 12 Persen
- Kenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Mentrans Iftitah: Momen Penting dalam Bangun Indonesia
- Pengamat: Prabowo Bisa Mengajukan Penundaan PPN 12 Persen dalam APBNP 2025