Ingat, Fahri Hamzah Bukan Politikus Kemarin Sore!
jpnn.com - JAKARTA - Keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memecat Fahri Hamzah diprediksi akan berimbas pada internal partai yang kini dipresideni oleh Sohibul Imam itu. Sebab, Fahri dan gerbongnya di internal PKS tentu tak bisa disepelekan karena berjasa dan punya kekuatan.
Penilaian itu datang dari pengamat politik Universitas Al Azhar, Zaenal A Budiyono. Menurutnya, secara aturan main tidak ada yang dilanggar oleh DPP PKS terkait pemecatan atas Fahri. Sebab, Undang-Undang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) sudah mengatur penggantian pimpinan DPR dan alat kelengkapan di lembaga para wakil rakyat itu sepenuhnya wewenang dewan pimpinan pusat partai.
Namun, Zaenal justru mengingarkan kemungkinan risiko yang akan ditanggung PKS. “Politik juga terkait etika dan strategi elektabilitas. Apakah dengan memecah FH maka PKS akan mendapatkan gain secara etika dan elektabilitas? Jawabnya belum tentu,” katanya di Jakarta, Senin (4/4).
Ia menambahkan, pemecatan terhadap Fahri seolah memang menjadi kabar mengejutkan karena jarang tentang konflik terbuka di internal PKS. Padahal, kata Zaenal, mestinya PKS menempuh strategi yang lembut untuk mengatasi Fahri yang kini duduk sebagai wakil ketua DPR.
“Partai lain yang terlibat konflik internal lebih besar saja bisa menyelesaikan persoalan internal dengan smooth strategy, harusnya PKS juga bisa (menempuh strategi lembut, red),” kata pengamat yang telah menulis banyak buku tentang era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Fahri yang sebelumnya pernah menjadi wakil sekretaris jenderal PKS, kata Zaenal, memang masuk ke kelompok Anis Matta. Karenanya setelah Anis Matta tak lagi menjadi presiden PKS, maka gerbongnya pun mulai disingkirkan.
Namun, ada hal khusus yang disampaikan Zainal. “Fahri Hamzah bukan politikus kemarin sore. Kita jangan melihat Fahri semata, tapi kelompoknya yang juga terdiri dari dari orang-orang terdidik,” ujar Zaenal.
Kaenanya ia menduga pemecatan atas Fahri itu menjadi momen untuk membelah PKS dan dalam pilkada serentak 2017 atau pun pemilu 2019. “Ini akan mengurangi kekuatan PKS untuk menjaring suara. Ingat, suara PKS yang lumayan baik di pemilu 2009 dan 2014 terjadi di era Fahri dan fakrinya,” katanya.(ara/JPNN)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Tersangka, Ada Uang Rp15 M, Peras untuk Pilkada
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad
- Info Terkini OTT KPK yang Menyeret Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living