Ingat Freeport, Ingat Julius Tahija
Kisah itu menjadi buar bibir. Radio Jepang menyiarkannya. Sesampai di Australia, Tahija cs disambut bak pahlawan.
Pangkat pemuda berusia 26 tahun itu naik jadi Letnan. Ratu Wilhelmina menganugerahinya Militaire Willems Orde'--sebuah penghargaan militer tertinggi Kerajaan Belanda.
Intelijen Sekutu
Bersama pasukan Sekutu, Julius Tahija berkedudukan di Australia ketika negeri yang hari ini bernama Indonesia diduduki Jepang (1942-1945).
Suatu hari dia didatangi dan diajak oleh seorang perwira Amerika bergabung dalam unit khusus bersandi Z Force. Dalam unit ini, Tahija diberi jabatan asisten instruktur bagian intelijen.
Unit ini bertugas masuk diam-diam ke daerah musuh, mendata kekuatan musuh dan balik secara diam-diam lagi.
"Karena itu, kami masing-masing membawa permen maut, yakni pil-pil sianida tak berwarna kalau telan bisa mengundang kematian dengan cepat," ungkap Julius Tahija dalam otobiografinya, Julius Tahija.
Usai Perang Dunia II
TAK lengkap membicarakan Freeport tanpa menyebut nama Julius Tahija. Freeport tanpa Tahija, mungkin akan lain ceritanya. Wenri Wanhar - Jawa Pos
- Freddie Mercury, Majusi dan Asma Allah di Jagat Rock
- Tak Perlu Sekolah Tinggi, Inilah Kisah Penemu Listrik...
- Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...
- Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
- Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
- Obituari Ani Yudhoyono