Ingat Kejadian, Ema Tak Berani Nonton Dokumenter

Ingat Kejadian, Ema Tak Berani Nonton Dokumenter
KENANGAN - Museum Tsunami Nanggroe Aceh Darusalam, yang belakangan ramai dikunjungi warga Aceh. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos.
Di lantai tiga suasananya agak rileks. Tempat itu dijadikan ruang pameran yang memajang berbagai lukisan dan foto-foto seputar tragedi tsunami. Sejak Selasa (22/12) lalu, di ruang tersebut dihelat pameran yang diikuti 13 lembaga yang selama ini ikut membantu pemulihan Aceh pasca-tsunami. Di antaranya adalah gabungan Palang Merah, Moslem Aid, serta sejumlah lembaga donor yang selama ini mengguyurkan dana ke Aceh. Di antara mereka ada yang memamerkan miniatur rumah-rumah bantuan yang mereka bangun.

Eldha Handayani Siregar, salah seorang pengunjung, mengungkapkan bahwa museum tersebut memberikan kesan mendalam baginya. Namun, di antara banyak bagian di dalam museum, hanya satu yang dia lewatkan, yakni pameran foto dan lukisan. "Sebenarnya saya kuat. Entah kenapa, kalau melihat foto, mending saya lewatkan. Saya tak mau mengingat masa itu," jelas mahasiswi Jurusan Psikologi di salah satu universitas di kawasan Setui, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh ini.

"Ini semua bukan untuk mengingat-ingat lagi, tapi minimal merefleksikan apa yang selama ini terjadi," jelas Ema Marleni, ibu seorang anak yang menjadi panitia penyelenggara pameran bersama Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh (BKRA). Ini adalah badan yang dibentuk khusus setelah masa tugas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) berakhir.

Ema mengungkapkan, kelak apapun yang terkait dengan tsunami bisa diperingati di museum itu. "Konsepnya nanti begitu. Yang terkait tsunami bisa dilaksanakan di sini," ujar wanita yang kini giat menjadi aktivis antikorupsi itu.

Jika ingin merasakan bagaimana suasananya ketika tsunami menghempas Aceh, datanglah ke Museum Tsunami Aceh. Sejak dua hari lalu, semua bagian di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News