Ingat, Pariwisata Itu Mirip Angsa Bertelur Emas

Ingat, Pariwisata Itu Mirip Angsa Bertelur Emas
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia UI) Rhenald Kasali. Foto: dokumen JPNN.Com

“Saya anggap industri pariwisata kita bak angsa tadi. Kini, karena masalah fiskal, Menteri Keuangan sudah memerintahkan semua kementerian/lembaga untuk memotong anggaran belanjanya. Nilai pemotongannya mencapai Rp 65 triliun. Lalu, anggaran lain yang dipotong adalah dana transfer ke daerah sebesar Rp 68,8 triliun. Jadi total anggaran yang dipotong Rp133,8 triliun," ujar Rhenal seperti sudah ditulis di banyak media online.

Itu angka sementara. Kalau target perolehan dana dari tax amnesty tak mencapai target, besaran anggaran yang dipotong bisa-bisa bakal bertambah lagi.

Rhenald pun memahami bahwa penghematan tentu penting. Sebab, katanya, tak selayaknya lagi pengeluaran negara justru lebih besar dari pemasukan.

Hanya saja, katanya, tentu kurang bijak bila semuanya dipukul rata. “Jadi, perlu dipilah,” tegasnya.

Menurutnya, pariwisata ibarat angsa petelur emas yang tak semestinya disembelih. “Kalau anggarannya bersifat konsumtif dan tidak memberikan imbal hasil, silakan dipotong. Sebaliknya kalau sifatnya investasi yang kelak menghasilkan, ya jangan. Sayang bukan kalau kita tak bisa menikmati telur emasnya?" kata Rhenald.

Sedangkan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut angsa emas ibarat portofolio bisnis. Ia meyakini hal itu pula yang dimaksud oleh Presiden Joko Widodo sebagai core economy negara.

Tetapi akan menjadi core business atau bukan, pariwisata secara natural memang sedang bertumbuh dan bergairah. "Dalam bisnis, kita harus menempatkan seluruh resources ke portofolio bisnis yang kita yakini akan memberi benefit paling bagus. Ukurannya 3S, size, spread, sustainable. Ukurannya besar, menghasilkan benefit atau laba yang besar dan pertumbuhannya juga besar berkelanjutan. Dan itu semua ada di pariwisata," jelas Arief.

Jika dilihat dari perolehan devisa saat ini, migas, batu bara dan kelapa sawit (CPO) masih di atas. Secara ukuran, tiga komoditas itu juga berurutan sebagai penyumbang devisa terbesar.

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali punya pendapat yang sangat meyakinkan tentang pariwisata.Pendiri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News